Follow Us

Canggihnya Drone Amerika Bisa Menyerang Tanpa Terdeteksi Iran, Inilah Sosok dan Perusahaan Pembuatnya

Wahyu Subyanto - Sabtu, 11 Januari 2020 | 18:21
MQ-9 Reaper, Drone 'Buas' Milik AS Pencabut Nyawa Panglima Tertinggi Iran, Sudah Teruji di Berbagai Medan Pertempuran
Military Machine

MQ-9 Reaper, Drone 'Buas' Milik AS Pencabut Nyawa Panglima Tertinggi Iran, Sudah Teruji di Berbagai Medan Pertempuran

Nextren.com - Peristiwa pengeboman jendral Iran oleh Amerika Serikat menggunakan drone, telah menggegerkan dunia.

Saat itu, terungkap begitu presisi kemampuan drone dalam melancarkan serangan, tanpa diketahui oleh sistem pertahanan Iran.

Hal ini menunjukkan betapa canggihnya teknologi yang dimiliki oleh drone Amerika Serikat tersebut.

Pada Jumat, 3 Januari 2020 pekan lalu militer AS melancarkan serangan ke Bandara Internasional Baghdad, Irak menggunakan pesawat tanpa awak ( drone) berjenis MQ-9 Reaper.

Baca Juga: Marah Besar Jendral Besarnya Dibom Drone AS, Hacker Iran Bisa Saja Menembus Sistem Perbankan Hingga Bendungan Amerika

Drone tersebut menembakkan 2 rudal Hellfire pada kendaraan Qasem Soleimani dan rombongan sehingga menewaskan Jenderal Iran itu.

MQ-9 Reaper merupakan drone berbobot 2,5 ton yang ditaksir memiliki harga senilai 16 juta dollar AS atau sekitar Rp 224 miliar (kurs Rp 14.000).

MQ-9 Reaper dapat menjangkau jarak hingga 1.200 mil.

Pesawat tanpa awak ini merupakan salah satu senjata paling penting di gudang senjata AS.

MQ-9 Reaper diproduksi oleh perusahaan asal Amerika Serikat bernama General Atomics (GA).

Lantas, seperti apa perusahaan General Atomics (GA)? Serta siapa pemiliknya?

Baca Juga: Kenali Drone yang Menjadi Alasan Perseteruan Iran dan Amerika

Mengenal General Atomics

General Atomics (GA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertahanan dan bermarkas di San Diego, Amerika Serikat.

Diperkirakan perusahaan ini bisa mendapatkan penghasilan mencapai 2,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 37,8 triliun (kurs Rp 14.000) setiap tahunnya.

Melansir dari Forbes, perusahaan ini menjadi kontraktor swasta terbesar di Amerika Serikat yang melayani sejumlah negara di Eropa dan Timur Tengah.

Misalnya Italia, Spanyol, dan Uni Emirat Arab. GA pertama kali memperkenalkan drone bernama Predator melalui perusahaan terafiliasi mereka yakni General Atomics Aeronautical Systems, Inc. (GA-ASI).

Predator pertama kali diperkenalkan pada 25 tahun yang lalu dalam misi mengawasi pasukan Serbia saat Amerika dipimpin oleh Bill Clinton.Baca Juga: Canggih! Drone Buatan Indonesia Ini Bisa Terbang 24 Jam Nonstop Lacak Penyelundupan dan Illegal FishingPredator juga menjadi drone pertama yang terbang di atas Afganistan setelah serangan teroris yang dikenal dengan 9/11 terjadi di Amerika, pada 2001.

Sejak saat itu, Predator telah mengalami banyak perkembangan.

Misalnya, sudah dilengkapi dengan kamera, peralatan komunikasi, dan rudal Hellfire.

Drone Predator dapat difungsikan untuk mengawasi, melacak, dan membunuh orang atau kelompok yang menjadi target.

MQ-9 Reaper merupakan pengembangan dari drone Predator atau disebut sebagai Predator B.

Baca Juga: DJI Perkenalkan Mavic Mini, Drone Kecil yang Bisa Dikendalikan Hingga 4 Km

Akan tetapi, pihak perusahaan tidak mau menanggapi permintaan wawancara Forbes yang ingin menanyakan penjualan drone ke negara di berbagai dunia, juga mengenai pendapatan per tahun dari perusahaan itu.

Neal Blue, milyarder di balik General Atomics

Neal Blue (84) diketahui menjadi sosok penting di balik peralatan militer tersebut.

Ia merupakan pemimpin dan pemilik 80 persen saham di General Atomics (GA).

Sementara itu, 20 persen sisa saham yang ada (1 miliar dolar Amerika) dimiliki oleh saudara laki-lakinya bernama Linden Blue.

Baca Juga: Amazon Berencana Kirim Paket Lewat Drone MK27, Bisa Sampai Kurang Dari 30 Menit

Bersama Linden, ia membeli perusahaan energi nuklir dari Chevron senilai 60 juta dollar Amerika pada 1986.

Neal Blue memiliki kekayaan senilai 4,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 57,4 triliun (kurs Rp 14.000).

Total kekayaannya tersebut membuat Blue masuk dalam jajaran 400 orang terkaya versi Forbes.

Bahkan ia menduduki posisi ke-179 di antara 400 milyarder yang masuk daftar.

Data ini terakhir diperbaharui pada Jumat (10/1/2020).

Sebelumnya, Neal bertugas di angkatan udara Amerika sebagai penjaga senjata nuklir setelah menyelesaikan pendidikan di Yale University di Connecticut, Amerika Serikat.

Dari hasil pendidikannya, ia memperoleh gelar sebagai Bachelor of Arts/Science.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Raup Pendapatan Rp 37 Triliun, Ini Produsen Drone Pembunuh Jenderal Iran"Penulis : Luthfia Ayu Azanella

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya

Latest