Oleh Sujith Abraham, Senior Vice President and General Manager, ASEAN, Salesforce
Nextren.com - Tidak perlu diragukan lagi bahwa potensi pertumbuhan setiap negara bergantung pada seberapa matangnya adopsi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) oleh pemerintah dan bisnis.
Begitu pula dengan Indonesia; sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk memanfaatkan AI di masa-masa krusial pertumbuhan bangsa.
Seiring dengan transformasi digital yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk melayani populasi besar yang tersebar luas di seluruh Indonesia, AI dapat mendukung upaya-upaya tersebut untuk menjangkau pelanggan mereka dengan lebih baik, sembari terus bersaing.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Kearney, AI diproyeksikan akan berkontribusi hingga US$366 miliar terhadap PDB Indonesia pada tahun 2030.
Perlu ada tindakan konkret untuk mengubah potensi ini menjadi kesuksesan yang nyata. Bisnis di Indonesia harus segera beradaptasi dan mengintegrasikan AI ke dalam strategi mereka.
Baca Juga: 3 Produk Salesforce Hadir dengan Inovasi AI, Analisis Data Lebih Cepat
Kabar baiknya - Laporan State of IT dari Salesforce menunjukkan bahwa 86 persen pemimpin TI di Indonesia percaya bahwa AI generatif akan segera menjadi sesuatu yang penting untuk dimiliki dalam organisasi mereka.
Di saat yang sama, mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas untuk beralih dari masa percobaan ke pengembangan AI di dalam organisasi mereka dan realisasi nilai yang ingin mereka capai, tanpa peningkatan biaya secara berlebihan.
Ketika banyak bisnis mulai mengevaluasi cara mengoperasionalkan AI di dalam organisasi mereka, dibutuhkan empat faktor berikut agar bisa sukses; data perusahaan yang terpadu, alur kerja yang kontekstual, mengintegrasikan teknologi dan tools tepercaya ke dalam tempat kerja, dan membangun tenaga kerja yang didukung oleh AI.
Silo data yang tidak terhubung
1. AI yang unggul mengandalkan data yang hebat - Manfaatkan data Anda dalam pekerjaan
Riset global dari Salesforce baru-baru ini menemukan bahwa meskipun tiga dari empat pekerja percaya bahwa data yang akurat, lengkap, dan aman sangat penting dalam membangun kepercayaan terhadap AI, namun lebih dari setengahnya tidak percaya pada data yang digunakan untuk menjalankan sistem AI saat ini.
Agar AI dapat memberikan hasil yang lebih berguna, akurat, dan signifikan, dibutuhkan data perusahaan yang kontekstual dan relevan. Tools AI yang didasarkan pada data dan metadata perusahaan akan menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang pelanggan, dan menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan.
Banyak bisnis yang memiliki data yang menggunung. Sayangnya, sebagian besar data perusahaan saat ini masih terjebak dalam silo yang terpisah-pisah - berbagai aplikasi cloud dan on-premise, basis data (database), gudang data (data warehouse), dan danau data (data lakes) - sehingga transformasi digital secara besar-besaran dan realisasi nilai data bemakna menjadi sulit dipahami.
Lebih buruk lagi, data yang digunakan untuk menjalankan model AI sering kali tidak lengkap, salah, atau bahkan tidak relevan - sehingga memberikan hasil yang tidak konsisten dan tidak tepat. Sebanyak 72% aplikasi dalam organisasi tidak terhubung satu sama lain.
Baca Juga: Intel AI Summit 2024 Kenalkan Banyak Inovasi AI Terbaru di Indonesia
Bisnis harus membuat data mereka berfungsi untuk AI yang mereka miliki dan membangun fondasi data yang kuat untuk menyatukan data pelanggan di semua lini.
Salesforce Data Cloud membantu perusahaan menggabungkan data, baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur, dari berbagai sistem dengan mudah, tanpa adanya replikasi atau duplikasi dari solusi manajemen data yang sudah ada.
Misalnya saja Formula 1, kompetisi balap motor paling bergengsi dengan 500 juta penggemar di seluruh dunia. Sebelumnya, data pelanggan terisolasi di berbagai sistem digital dan fisik karena cara interaksi penggemar berbeda-beda di sejumlah saluran seperti saat menonton F1 TV, aktif media sosial, dan menghadiri acara balapan langsung.
Melalui Salesforce Data Cloud, Formula 1 mampu memecah silo-silo dan menghubungkan semua data penggemarnya di seluruh jaringan secara real-time. Dengan menyatukan data dari berbagai sistem, Formula 1 menghadirkan interaksi yang lebih bermakna dengan para penggemar dan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
2. Mengintegrasikan AI secara menyeluruh ke alur kerja
Solusi AI paling efektif jika diterapkan sesuaisistem dan alur kerja milik karyawan yang sudah ada. Hal ini membantu meningkatkan produktivitas karyawan dengan meminimalisir kebutuhan untuk berpindah-pindah sistem.
Dalam praktiknya, ini berarti bahwa setiap kali pelanggan mengirimkan pertanyaan, agen layanan pelanggan dapat menggunakan asisten AI yang terintegrasi pada sistem digunakan seperti Einstein Copilot untuk memberikan jawaban secara langsung di dalam portal percakapan - sehingga memudahkan mereka menyelesaikan masalah pelanggan dengan cepat.
Apabila solusiini diterapkan pada ratusan kasus pelanggan yang harus diselesaikan oleh agen layanan pelanggan setiap hari, maka bisa dibayangkan waktu yang dihemat.
3. Gunakan teknologi dan tools AI tepercaya
Kepercayaan merupakan komponen kunci dari penerapan AI yang sukses di perusahaan. Salesforce telah mengembangkan arsitektur AI tepercaya yang dirancang untuk memastikan keamanan dan keselamatan AI dan data.
Dengan cara ini, perusahaan bisa mencapai standar kepercayaan industri dengan cepat tanpa mengorbankan data pelanggan.
Pelanggan Salesforce telah melakukan triliunan transaksi dalam seminggu, dan kini mereka dapat menggunakan Einstein Trust Layer untuk menghasilkan konten sekaligus melindungi informasi pelanggan yang sensitif.
Sebagai contoh, Einstein Trust Layer dapat secara otomatis melindungi nama pelanggan, sekaligus memastikan bahwa konten yang dihasilkan “berlandaskan” pada data perusahaan yang sebenarnya sehingga risiko terjadinya halusinasi data menjadi rendah.
Baca Juga: AI Makin Populer, Inilah Tren Kerja 2024 dari LinkedIn & Microsoft
4. Membangun tenaga kerja yang didukung oleh AI
Terakhir, perusahaan harus mulai menyiapkan kerangka kerja yang jelas untuk penggunaan AI dan melatih staf mereka untuk menggunakan tools AI generatif secara efektif dan etis. Hal ini masih menjadi kendala saat ini; banyak pekerja yang kurang terampil dalam menggunakan alat tersebut dan mereka juga tidak memahami risiko dan standar etika dalam penggunaan AI.
Laporan State of IT dari Salesforce menemukan bahwa 53% pemimpin TI di Indonesia mengkhawatirkan penggunaan etis dari AI generatif, dan yang paling penting adalah membuat karyawan memahami bagaimana mereka dapat menggunakan AI generatif dalam pekerjaan sehari-hari, sementara tetap memperhatikan potensi risiko dan masalah etika.
Salesforce membantu perusahaan mempelajari cara menggunakan AI secara bertanggung jawab di platform pembelajaran online gratis Trailhead, dengan modul khusus seperti “Ethical Data Use in Personalisation” dan “Ethical Data Use Best Practices”.
Setelah berbagai kekhawatiran awal diatasi, banyak pekerja akan menyadari bagaimana AI dapat membantu mereka bekerja lebih cerdas dan lebih produktif, sekaligus membuka cara-cara baru yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Meskipun AI generatif masih dalam tahap awal bagi sebagian besar perusahaan, potensi perusahaan untuk dapat melakukan transformasi nyata sangatlah besar. Perusahaan yang mampu menempatkan data dan kepercayaan sebagai fondasi, menawarkan AI dalam alur kerja karyawan mereka, dan membangun keterampilan tenaga kerja mereka dengan AI akan dapat beralih dari tahap percobaan ke tahap produksi serta mewujudkan hasil yang mereka harapkan, kepuasan karyawan, loyalitas pelanggan, dan pertumbuhan bisnis yang dapat dicapai dengan AI.
(*)