Semestinya berikan sedikit penghargaan kepada lawan negosiasi guna mendapatkan empati jika ingin mendapatkan hasil akhir negosiasi yang baik.
Bayangkan saja kalau Lockbitnya marah, dia juga bisa menuding : "aku berhasil mencuri datamu karena "kamu bodoh"." Tetapi hal ini tidak dilakukan dan malah terlihat santai saja menghadapi gaya komunikasi yang sok perintah ini.
4. Gaya bahasa Mengancam
Dalam kasus ransomware, harusnya ketika korban mengetahui menjadi korban langsung melakukan pemeriksaan data apa saja yang dicuri, maka pembuat ransomware apalagi sekelas Lockbit jelas tidak akan mengeluarkan ancaman kalau belum memegang semua kartu truf yang dibutuhkan.
Ketika menanyakan harga, harusnya negosiator juga memperhitungkan berapa kerugian reputasi, nama baik dan kepercayaan yang akan terjadi jika kasus ini terungkap ke publik dan harus bernegosiasi dengan piawai.
Lockbit sudah melakukan riset dan mengetahui bahwa bank ini adalah bank dengan keuntungan milyaran dolar (lihat gambar 3).
Gambar 3, Lockbit sudah melakukan pekerjaan rumahnya mengetahui SWOT korbannya, hal ini seharusnya dilakukan juga oleh korban.
Seperti kita ketahui, akhir cerita dari Lockbit ini dimana data yang berhasil dicuri kemudian disebarkan dan dapat diunduh oleh banyak pihak.
Dalam hal ini korban peretasan mengalami kerugian reputasi, runtuhnya kepercayaan nasabah dan nasabahnya mengalami penderitaan besar, karena datanya yang dipercayakan ke bank tidak dijaga dengan baik dan disebarkan sehingga terbuka menjadi korban eksploitasi.
Pesaing perusahaan tentunya bersorak sorai bisa mendapatkan data intelligence gratis.
Lalu apakah semua kasus ransomware ini berakhir buruk ?