Nextren.com - Serangan ransomware terhadap perusahaan-perusahaan di dunia meningkat signifikan di tahun 2021.
Berdasarkan survei tahunan dari peusahaan keamanan siber Sophos, 66% perusahaan yang disurvei mendapatkan serangan ransomware di sepanjang tahun 2021.
Presentase serangan ransomware di tahun 2021 ini meningkat 37% dibandingkan dengan tahun 2020.
Dalam laporan hasil survei bertajuk State of Ransomware 2022, Sophos menjelaskan bahwa serangan ransomware dibarengi dengan permintaan tebusan terhadap perusahaan yang ditargetkan.
Rata-rata uang tebusan yang dibayarkan oleh perusahaan yang datanya dienkripsi dalam serangan ransomware meningkat hampir lima kali lipat dibandingkan tahun 2020.
Baca Juga: Evolusi Ancaman Malware 2022 dan Antisipasinya, Antivirus Biasa Masih Ditembus Ransomware
Menurut Sophos, rata-rata uang tebusan yang dibayarkan oleh perusahaan mencapai USD 812.360 atau sekitar Rp 12,2 miliar.
Permintaan tebusan tersebut 3 kali lebih tinggi dari propoersi organisasi yang membayar uang tebusan sebesar USD 1 juta atau lebih.
Survei enunjukan bahwa 46% organisasi yang memiliki data terenkripsi embayar uang tebusan untuk mendapatkan data mereka kembali, meskipun mereka mempunyai backup data tersebut.
Laporan tersebut merangkum dampak dari ransomware pada 5.600 perusahaan menengah di 31 negara di seluruh Eropa, Amerika, Asia-Pasifik dan Asia Tengah, Timur Tengah, dan Afrika.
Dari total 5.600 perusahaan, terdapat 965 perusahaan berbagi rincian pembayaran ransomware yang dilakukan.
Baca Juga: Server Bank Indonesia Diduga Dibobol Hacker, Jadi Tren di Twitter!