Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Putin Ngotot Yakinkan China dan Rusia Untuk Saling Bantu, China Ragu?

Khoiruddin Yusup - Jumat, 16 September 2022 | 13:30
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan mitranya dari China, Xi Jinping (kanan).
AP News

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan mitranya dari China, Xi Jinping (kanan).

Nextren.com - Presiden Rusia VladimirPutin menyatakan bawa ia memahami kekhawatiran China dengan posisi negaranya dalam pertemuan yang diadakan pada Shanghai Cooperation Organisation (SCO) di Samarkand, Uzbekistan. (15/9/2022)

Di pertemuan tersebut Putin dan Presiden China Xi Jinping mengutarakan dukungan satu sama lain dalam kondisi geopolitik dan kerjasama kedua negara.

Namun begitu posisi Rusia yang terpojok membuat Putin paham bahwa hal tersebut membuat sekutunya itu ragu.

Dilasir dari The Guardian, peryataan samar mengenai "kekhawatiran" China yang disampaikan Putin menarik banyak perhatian.

Baca Juga: China Bantu Rusia Menangkan Perang Energi, Bayar Gas Rusia Pakai Yuan Ruble!

Oleh karena itu, Putin sering terlihat memberi penekanan pada keseriusan kedua negara dalam menghadapi musuh bersama.

"Kami sangat menghargai posisi netral dari China sebagai negara sahabat kami di krisis Ukraina," Ucap Putin.

"Kami memahami pertanyaan dan kekhawatiran anda soal hal ini. Jadi, pada pertemuan kali ini, kami tentunya akan membahas posisi kami," tambahnya.

Kekhawatiran China ini tentunya mengenai dampak ekonomi yang dialami Russia akibat invasi mereka ke Ukraina.

Tentunya juga termasuk ancaman Rusia di perang energi habis-habisan dengan Eropa.

Baca Juga: Rusia Ungkap Dalang di Balik Krisis Energi dan Gas, Perang Energi Makin Sengit!

Walaupun Xi Jinping sudah sepakat untuk menjalin kerja sama "tanpa batas" dengan Rusia pada Februari.

China tetap menghindari memberi dukungan atau bantuan secara terang-terangan terhadap invasi Rusia di Ukraina.

Hal ini mereka lakukan untuk menghindari sanksi tambahan yang bisa saja juga menimpa mereka.

Dengan kondisi negaranya yang sedang kesulitan karena sanksi ekonomi dan kemunduran militer Rusia di Ukraina.

Nampakmya Putin berusaha untuk mengamankan kepentingan negaranya lewat jalur diplomasi dan politik.

Dalam rapat tersebut, Putin menekankan kebenciannya kepada Amerika Serikat yang juga melakukan provokasi di Selat Taiwan.

"Kita akan tetap berpegang teguh pada prinsip 'satu China'," ucapnya.

"Kami mengutuk provokasi Amerika Serikat dan satelit mereka di selat Taiwan," Pungkasnya.

Baca Juga: Taiwan Melawan, Untuk Pertama Kalinya Tembak Jatuh Drone China

Xi Jinping sendiri membalas dengan menekankan bahwa China dan Rusia masih akan terus menjalin kerja sama antar kedua negara.

"China bersedia bekerja berama Rusia untuk menunjukkan tanggung jawab kekuatan negara besar," ucap Xi.

Ia juga menekankan China dan Rusia akan "menanamkan stabilitas dan energi positif" di dunia yang ia anggap sudah kacau.

Sebelumnya pejabat tertinggi ketiga di China Li Zhanshu mengatakan kepada anggota parleman Rusia bahwa China "Memahami dan mendukung" keinginan Rusia.

Baca Juga: China dan Rusia Lawan Barat Untuk Bangun 'Tatanan Dunia Adil dan Rasional'

Sejak awal invasi, ia menganggap langkah Rusia sudah benar dan tetap menyalahkan AS dan NATO di konflik Ukraina.

Pada pertemuan antara Xi dan Putin, Presiden Mongolia Ukhnaagiin Khurelsukh menyatakan ia mendukung konstruksi pipa oli dan gas dari Rusia ke China via Mongolia.

Nantinya, pipa tersebut akan mengalirkan 50 miliar meter kubik gas per tahun.

Jumlah ini sekitar sepertiga dari yang biasa mereka jual ke Eropa.

(*)

Baca Juga: Rusia Akui 2 Wilayah Pemberontak di Ukraina, Jerman Stop Ijin Pipa Gas 1200 KM

Source : The Guardian

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x