Di sisi lain, tim peneliti di University of Edinburgh pun telah melakukan eksperimem menggunakan bakteri E. coli untuk mengubah plastik menjadi vanillin, komponen utama ekstrak biji vanili.
Setelah mendegradasi plastik PET berdasarkan monomer dasarnya, para peneliti mengubah salah satu monomer tersebut yakni asam tereftalat, menjadi vanilin melalui serangkaian reaksi kimia.
Vanillin yang dihasilkan ini, diyakini layak untuk dikonsumsi manusia kendati peneitian lebih lanjut masih diperlukan.
Baca Juga: Sampah Elektronik Akan Capai Angka 52 Juta Ton, Ayo Cegah Bersama-Sama
Para ahli percaya bahwa bakteri pemakan plastik dapat membantu mengatasi setidaknya 14 juta ton plastik, yang dibuang ke lautan setiap tahun. Sebab, polusi plastik menyebabkan dampak pada ekosistem laut serta dapat memengaruhi kesehatan manusia.
Berdasarkan catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN), begitu sampah plastik memasuki lautan,benda ini dapat mencekik dan menjerat hewan.
Di samping itu, mikroplastik juga dicerna oleh banyak spesies laut yang pada akhirnya akan dikonsumsi manusia. Jika dimakan, mikroplastik dapat melarutkan kontaminan beracun di permukaannya ke dalam tubuh organisme.
Racun tersebut bisa menumpuk dan berpindah dari ikan yang hidup di laut, ke tubuh manusia yang mengonsumsinya. Sedangkan di darat, permasalahan plastik tak lepas dari dampaknya pada lingkungan.
Sebagian besar plastik berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar, yang melepaskan asap beracun apabila dihirup manusia.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science pada 11 Maret 2016, tim ilmuwan mengungkapkan bahwa bakteri itu ditemukannya ketika mengumpulkan botol plastik di luar fasilitas daur ulang.
Umumnya, bakteri menghabiskan waktu mereka untuk menyerap bahan organik mati, tetapi bakteri yang dinamai Ideonella sakaiensis justru dapat "memakan" jenis plastik tertentu, yakni polietilen tereftalat (PET).