Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas
Nextren.com - Robot trading kerap dianggap sebagai sebuah kemudahan bagi para trader pemula ketika ingin mencoba untuk masuk ke dunia investasi digital.
Hal itu pun diakui oleh Alfons Tanujaya, selaku pakar keamanan data Vaksincom melalui kanal YouTube pribadinya Alfonstan.
Dalam salah satu video yang diunggah pada hari Minggu (13/2), Alfons mengungkap 5 kelebihan dari penggunaan robot trading.
"Alat bantu ini (robot trading) berbentuk program dan bisa sangat membantu trader dalam menjalankan aktivitas," ucapnya dalam video.
Meski begitu, dalam video terpisah, Alfons memaparkan sederet kelemahan robot trading ketika digunakan oleh para trader.
"Kelemahannya malah ada enam," jelas Alfons.
Lantas apa saja 6 kelemahan robot trading menurut pakar?
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Baca Juga: Pakar Keamanan Data Lirik Potensi NFT di Indonesia, Menguntungkan!
1. Tidak Robot Trading yang Sempurna
Pada poin pertama, Alfons Tanujaya menegaskan bahwa tidak ada robot trading yang sempurna.
Ia mengatakan bahwa semua robot trading memiliki kelemahan.
Robot trading dianggap tidak bisa disesuaikan oleh seluruh kondisi market yang terjadi di lapangan.
Oleh karenanya, robot trading pun masih perlu diawasi oleh trader manusia.
2. Butuh Biaya Akuisisi
Seperti yang kita tahu, robot trading tidak bedanya dengan menyewa sebuah jasa.
Oleh karena itu, Alfons menyebut bahwa setiap penggunaan robot trading memerlukan biaya yang perlu dikeluarkan.
Namun biaya tersebut dikatakan memang lebih kecil, jika dibandingkan dengan nominal trading yang dilakukan di platform.
investasBaca Juga: Cara Aman Nabung dan Investasi di Aplikasi Jenius, Hindari Scammer!
3. Tidak Bisa Adaptasi
Poin berikutnya yang menjadi kelemahan robot trading adalah hanya melihat dari kondisi market yang sudah terjadi.
"Jadi ketika sesuatu yang tidak pernah terjadi, kemungkinan robot trading itu jadi bingung," tutur Alfons.
Ia pun mengibaratkan robot trading dengan sistem komputer yang ada pada aplikasi permainan catur.
"Ketika ada gerakan yang baru, robot trading tidak akan tahu harus berbuat apa," ungkapnya.
4. Hilangnya Kendali Trader
Pada praktiknya, robot trading dikatakan akan berjalan sesuai dengan program yang sudah diatur dari awal.
Dengan begitu, trader tidak akan punya kendali lagi terhadap kegiatan trading ketika sudah menyerahkan aktivitas kepada robot.
Oleh karenanya, trader diimbau untuk menentukan dengan tepat untuk jumlah aktivitas trading yang ingin dilakukan oleh robot trading sejak awal.
Baca Juga: Pakar Bicara Soal Keuntungan Robot Trading, Investasi Lebih Mudah?
5. Robot Trading itu Karyawan
Dengan sejumlah kelemahan yang ada, Alfons pun mengatakan bahwa masih ada sejumlah pegiat investasi trading yang menyerahkan seluruh aktivitas ke robot trading.
Padahal langkah tersebut bisa menjadi bumerang ketika robot trading tidak diatur dengan tepat.
Maka dari itu, Alfons menyarankan agar para trader menjadikan robot trading layaknya karyawan.
"Tetap harus diawasi dan dianalisa oleh trader yang mengelola strategi secara keseluruhan," tegasnya.
6. Rentan Penipuan
Kelemahan robot trading yang terakhir adalah rentan terhadap penipuan.
Hal itu bisa dilihat dari fenomena saat ini, ada beberapa orang yang mengaku sebagai trader.
Padahal pada nyatanya, oknum tersebut menjalankan platform yang menggunakan skema ponzi.
Baca Juga: 5 Risiko Beli dan Investasi Kripto Menurut Pakar, Jangan Sampai Rugi!
Bagi kamu yang belum tahu, skema ponzi merupakan salah satu jenis tindakan investasi bodong yang memberikan keuntungan berdasarkan jumlah uang yang sudah didepositokan ke platform.
Mereka menggunakan sistem segitiga terbalik, dimana orang yang berhasil mengundang investor baru, akan mendapatkan komisi keuntungan.
Alfons pun mengingatkan para calon investor yang menggunakan robot trading untuk bisa mencermati setiap platform yang ingin digunakan.
"Kalau gak hati-hati, nanti kamu bisa masuk ke skema ponzi berkedok robot trading ini," pungkasnya.
Semoga informasi mengenai 6 kelemahan robot trading ini bisa membantu Sobat Nextren untuk bisa lebih bijak ketika ingin melakukan investasi digital.
(*)