Kemudian, setelah berhasil mengakuisisi Twitter, Elon Musk tak tanggung-tanggung langsung memecat 3 petinggi Twitter yaitu mantan CEO Parag Agrawal, mantan CFO Ned Segal dan mantan Chief Legal Officer Vijaya Gadde, dan beberapa orang lainnya di Twitter.
Melihat hal tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah akuisisi, nampaknya Elon Musk akan benar-benar merombak Twitter.
Setelah memecat para petinggi Twitter tersebut, kini Elon Musk menjadi "Sole Director" atau satu-satunya direktur perusahaan yang juga menjadi anggota satu-satunya perusahaan.
Artinya Elon Musk menjadi satu-satunya anggota perusahaan yang berhak memiliki kendali tak terbatas untuk menunjuk seseorang duduk di jajaran petinggi Twitter, atau penentuan kebijakan Twitter lainnya.
- Baca Juga: 75 persen Karyawan Akan Kena PHK Jika Elon Musk Beres Akuisisi Twitter, Sekitar 5500 Orang
- Baca Juga: Elon Musk Akan PHK Massal Karyawan Twitter Per 1 November, Apa Alasannya?
Sebagai salah satu orang terkaya di Dunia, mudah saja bagi Elon Musk untuk mengambil alih seluruh hal dari Twitter, buktinya saja ia menyelesaikan akuisisi Twitter melalui kombinasi kekayaannya, seperti dana investasi dan pinjaman bank.
Dilansir dari Aljazeera, bahkan Elon Musk juga menawarkan untuk membeli kembali semua obligasi Twitter yang beredar menurut pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat.
Pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, obligasi Twitter yang beredar tersebut kebanyakan dimiliki Pangeran Saudi Alwaleed bin Talal.
Jika benar Elon Musk hendak membeli semua obligasi Twitter, artinya Elon Musk ingin menggeser posisi Pangeran Saudi sebagai pemegang saham terbesar kedua di Twitter.
Melihat gerak-gerik Elon Musk yang ingin menguasai Twitter sepenuhnya, Chris Murphy, seorang senator Demokrat untuk Connecticut berusaha menghalanginya.
Chris Murphy berencana meminta Komite Investasi Asing untuk memeriksa implikasi keamanan nasional dari investasi Arab Saudi di Twitter.
Permintaan tersebut ia sampaikan secara terbuka melalui cuitan di akun Twitter-nya.
Keberhasilan Elon Musk mengakuisisi Twitter kembali membuka ruang perdebatan mengenai keseimbangan antara kebebasan berbicara dan melindungi kelompok rentan dari bahaya online.
Perdebatan tersebut memang bukanlah hal yang baru, dan sudah tercium sejak Elon Musk yang lantang mengeluarkan ide-idenya berbicara mengenai kebijakan moderasi Twitter dan menuduh perusahaan itu bias terhadap pandangan sayap kiri.
Elon Musk memang belum merinci bagaimana dan seperti apa moderasi twitter ditangannya, namun secara terbuka ia sudah mengungkapkan akan melonggarkan aturan moderasi yang selama ini ditetapkan Twitter.