Perjanjian Minsk pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya terjadi pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis itu dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Namun Ukraina menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik tersebut (Donetskdan Lugansk) dengan paksa.
Baca Juga: Paus Fransiskus Duga NATO Biang Kerok Perang Rusia dan Ukraina
Setelah peluncuran serangan militer Rusia ke Ukraina, maka AS, Uni Eropa, Inggris, Australia, Jepang, dan banyak negara lainnya memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow.
Dalam waktu kurang dari tiga bulan, Rusia telah menjadi negara yang paling terkena sanksi di dunia, melampaui Iran dan Korea Utara.
Kebohongan Volodymyr Zelenskyy
Ihwal kebohongan Zelensky terkait menyerahnya tentara Ukraina dan milisi Azov, bermula dari narasinya yang menyebut peran militer Ukraina, ICRC, dan PBB.
Para pejabat militer Rusia belum mengomentari narasi pertukaran militan Ukraina dan tawanan Rusia. Namun Elite di Kiev Ukraina terus mengklaim para prajuritnya akan ditukar.
Semua tentara Ukraina yang membutuhkan perawatan medis, langsung dibawa ke pusat medis Republik Rakyat Donetsk di Novoazovsk dan Donetsk.
Pemimpin Republik Donetsk Denis Pushilin mengklaim lebih dari separuh militan telah meninggalkan Azovstal.