Rumah milik Ngadiyo berbentuk limasan dengan dinding bambu dan kayu.
Selain itu di sisi kiri terdapat tumbuhan bambu, dan sebelah kanan pohon jati tak berpenghuni.
Saat mengawali cerita, SimpleMan sempat mengatakan tidak diberi izin oleh salah satu narasumber KKN untuk mem-publish cerita tersebut.
"Sebelumnya, penulis tidak mendapat ijin untuk memposting cerita ini dari yang empunya cerita, karena beliau memiliki ketakutan sendiri pada beberapa hal, yang meliputi kampus, dan desa tempat KKN di adakan," tulis SimpleMan kala itu.
Namun, karena banyaknya pelajaran yang bisa didapat dari kisah tersebut, akhirnya kisah 'KKN di Desa Penari' tetap dituliskan.
Konon, ada dua versi cerita 'KKN di Desa Penari' yakni dari sudut pandang tokoh Widya dan versi Nur.
Cerita versi Widya dituliskan terlebih dahulu. Widya merupakan mahasiswa angkatan 2005/2006 yang melaksanakan KKN pada 2009.
Widya sempat kesulitan mencari lokasi untuk KKN. Beruntung temannya, Ayu menemukan lokasi yang cocok yakni di kota B, kabupaten K.
Saat mengetahui anaknya akan KKN di kota B, ibu Widya sempat memiliki perasaan tak enak dan memperingatkan putrinya. Namun, Widya berhasil meyakinkannya.
Akhirnya, Widya berangkat ke lokasi desa KKN bersama 5 mahasiswa lainnya yakni Ayu, Nur, Bima, Wahyu dan Anton.
Saat menuju lokasi, banyak kejadian dan penampakan aneh yang hanya bisa dilihat dan dirasakan Widya.