Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas
Nextren.com - Berbagai instrumen investasi mulai diperkenalkan, seiring dengan perkembangan dunia digital yang kian maju.
Investasi kripto pun kini menjadi salah satu andalan bagi para orang-orang yang ingin memperbanyak aset kekayaannya.
Sebagian dari mereka menganggap bahwa kripto mampu menjadi solusi untuk investasi dalam jangka pendek.
Kendati demikian, tak jarang juga ditemukan laporan warganet di media sosial yang mengaku telah mengalami kerugian besar akibat investasi kripto.
Bahkan beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar kalau ada salah seorang pria yang memutuskan untuk mengakhiri hidup akibat gagal mengembangkan investasi kripto miliknya.
Menyikapi hal tersebut, Alfons Tanujaya, selaku pakar keamanan data Vaksincom memaparkan kalau ada 5 risiko beli dan investasi kripto.
Ia menyebut kalau kripto memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar para calon investor jangan sampai rugi ketika sudah mulai menggelutinya.
Baca Juga: Anang Promosi Token Kripto ASIX, Netizen: Mending Jualan Jamu Aja!
"Sebagai informasi, per bulan Februari 2022, ada lebih dari pada 10.000 aset kripto menurut Statista," ucap Alfons dalam video YouTube yang diunggah di channel Alfonstan, pada hari Senin (14/2).
"Namun sebagai catatan, hanya ada 20 aset kripto yang patut diperhitungkan dan menguasai lebih dari 90 persen kapitalisasi aset kripto," imbuhnya.
5 Risiko Beli dan Investasi Kripto
1. Volatilitas Sangat Tinggi
Hal pertama yang membuat investasi kripto menjadi sesuatu yang memiliki banyak resiko adalah volatilitas sangat tinggi.
Alfons Tanujaya melirik pada bagaimana fluktuasi yang terjadi pada Bitcoin, yang pada dasarnya adalah kripto nomor satu di pasaran.
"Antara Januari 2021, harga Bitcoin adalah 40.000 USD," tuturnya dalam video.
Lalu hanya berselang beberapa bulan, tepatnya 12 April 2021, harga Bitcoin melonjak hingga 63.000 USD.
Namun harga itu sempat merosot cukup para hingga menyentuh harga 29.000 USD per-keping Bitcoin pada bulan Juli 2021.
Baca Juga: 5 Mata Uang Kripto Ini Siap Terbang di 2022, Bukan Bitcoin atau Eth!
"Ini kita membicarakan mata uang kripto nomor 1, Bitcoin. Kalau aset kripto yang terbaik punya fluktuasi seperti ini, banyak aset kripto yang lebih parah," ungkap Alfons.
"Dia (kripto yang tidak populer) bisa naik tinggi dan tidak naik lagi," jelasnya.
2. Tidak Ada Regulator
Risiko investasi kripto menurut pakar berikutnya adalah tidak ada regulator.
Alfons menyatakan kalau sampai saat ini aset kripto masih belum memiliki regulator atau lembaga yang mengontrol secara pasti.
Hal itu disebabkan oleh skema kripto yang bergantung pada sistemblockchain.
Dengan begitu, aset kripto yang menggunakan sistem keamanan tersebut dikatakan memiliki skema yang terdesentralisasi.
Baca Juga: Hacker Curi Aset Kripto Senilai Rp 4,6 Triliun dari Platform Wormhole
Baca Juga: NOBI Rilis Fitur Baru, Bisa Kirim Aset Kripto Gratis Lewat Aplikasi
3. Pola Transaksi Kripto
Alfons Tanujaya juga menyoroti pola transaksi pada investasi kripto yang tidak bisa dibatalkan.
"Sekali tercatat (transaksi kripto) tetap tercatat," tegasnya.
Dan skema tersebut pun berlaku untuk setiap pembelian yang terjadi.
Marketplace kripto tidak akan mencari tahu, apakah transaksi yang dilakukan itu adalah akibat dari aksi kriminal atau bukan.
4.Rumit dan Mengandalkan Teknologi
Risiko lain yang perlu diperhatikan sebelum investasi kripto adalah ketergantungan kripto pada teknologi.
"(Aset kripto) 100 persen bergantung padachanneldigital, jika kode rahasia kredensial atauprivate keyaset Anda hilang atau berhasil dicuri, maka aset tersebut akan hilang selamanya," terang Alfons.
Kalau peristiwa itu menimpa kamu, maka dapat dipastikan bahwa aset kripto yang sudah diinvestasikan tidak akan mungkin kembali.
Baca Juga: Tegas! OJK Larang Lembaga Keuangan Fasilitasi Transaksi Kripto, Ini Alasannya
5. Tempat Penukaran Kripto
Pada poin terakhir, Alfons Tanujaya, selaku pakar keamanan data Vaksincom menyebut bahwa risiko investasi kripto berasal dari tempat penukaran atauexchange.
"Anda mau beli aset kripto dicrypto exchange. Jika Anda menyimpancryptoexchange dan terjadi peretasan di crypto exchange,maka aset Anda akan hilang," ucapnya.
Ia pun menyatakan kalau peretasan pada tempat penukaran kripto sangat sering terjadi sejak beberapa tahun.
Sejumlah platform penukaran kripto pun dikatakan Alfons sempat mengalami kasus pembobolan dengan jumlah total kerugian mencapai ratusan juta dollar.
"Anda perlu menyelamatkan di dalam dompet digital yang aman dan jangan disimpan di exchange.
Namun jika melakukan strategi tersebut dan menyimpan aset kripto dicloud storage seperti USB Drive, maka investasi kripto diklaim tidak akan bisa berkembang.
Jadi gimana Sobat Nextren? apakah kamu sudah bisa memahami risiko yang bisa dialami ketika beli dan investasi kripto?
Semoga informasi ini dapat membantu kamu agar tidak mengalami kerugian ketika mencoba untuk membeli aset kripto sebagai instrumen investasi digital.
(*)