Baca Juga: Inilah Prediksi Kejahatan Internet di 2021 dan Cara Mencegahnya, Jangan Anggap Remeh!
Kemudian ada unsur The Complexity of Compliance and Security yang dianggap sebagai keinginan perusahaan selaras dengan peraturan tata kelola keamanan yang lebih baik.
Dari hasil riset yang dilakukan oleh NTT, 95,2 persen perusahaan mengatakan bahwa sedang berjuang untuk bisa memenuhi kewajiban kepatuhan.
Dan 60,9 persen perusahaan menyebutkan sedang berupaya untuk mengevaluasi langkahnya dalam menggunakan hybrid cloud.
Baca Juga: Layanan Cloud Voice Pro, Servoice, dan Microsoft 365 Voice Business Indosat Saat Pandemi
"Security sebagai sesuatu yang dapat diibaratkan sebagai pedang bermata dua," ungkap Hendra dalam acara pertemuan media virtual, Rabu (17/3).
Ia menerangkan bahwa kondisi itu merujuk pada godaan keamanan yang mudah dari hybrid cloud, namun juga menuntut perusahaan menyediakan keamanan terhadap risiko data pengguna yang diberikan kepada penyedia jasa public cloud.
Lalu untuk tema penting yang terakhir, Hendra menyebutkan unsur Performance and Operational Efficiency.
Penggunaan hybrid cloud dinilai menghasilkan akselerasi terhadap adopsi penggunaan driver yang lebih besar.
Kesiapan jaringan dan akses yang lebih besar juga menjadi hal yang bisa didapatkan ketika menggunakan hybrid cloud.
Baca Juga: Ransomware Jadi Tantangan Industri yang Ingin Amankan Data Secara Digital