Semakin banyak iklan yang masuk, penawaran bisa semakin tinggi karena sengitnya kompetisi.
Sebaliknya, semakin sedikti pengiklan, penawaran juga akan berkurang karena minimnya kompetisi antar pengiklan.
Selama pandemi, banyak pengiklan yang menyetop iklannya.
Baca Juga: Ini Aturan Baru Konten Anak di YouTube, Makin Banyak Batasan dan Bisa Bikin Iklan Anjlok
Informasi ini diungkap dalam artikel OneZero Medium yang ditulis oleh Chris Stokel-Walker, pewarta ekonomi lepas untuk media ternama seperti The Guardian, The Economist, dan BBC.
Salah satu konsultan YouTube bernama Carlos Pacheco yang membantu 180 kanal YouTube dengan total hampir 68 juta subscriber, mengatakan rate pengiklan turun rata-rata hampir 50 persen sejak awal Februari.
"Semua orang menyetop iklan mereka di YouTube," kata Pacheco.
Padahal, menurut laporan New York Times, trafik penonton di YouTube justru meningkat sebesar 15 persen terhitung dari Januari-April 2020.
Baca Juga: Inilah Anak 8 Tahun yang Jadi Youtuber Terkaya Berpenghasilan Rp 364 Miliar Tahun Ini
Anjloknya ekonomi global turut berdampak ke berbagai perusahaan besar dunia.
Walhasil, banyak brand yang merampingkan ikat pinggang di bisnis iklan.
"Kalau dilihat dari tren dunia memang brand lebih menghabiskan anggaran pemasarannya untuk langsung ke micro influencers, dibandingkan media konvensional karena lebih cost effective," kata Kumar, seorang pengulas gadget di Indonesia di kanal YouTube K2Gadgets.