Laporan Wartawan NexTren, David Novan Buana
NexTren.com - Bencana alam tsunami di Jepang yang terjadi pada 2011 lalu merupakan kerugian yang begitu besar untuk negara tersebut.
Bukan hanya karena terjangan air laut, bencana nuklir yang terjadi di Fukushima juga mencoreng nama Jepang, bahkan sampai dikaitkan dengan Chernobil kedua.
Bahkan sampai sekarang, tujuh tahun pasca bencana tersebut, efeknya masih terasa dengan dituntutnya pimpinan dari PLTN Fukushima yang mengalami kebocoran radiasi tersebut.
Baca Juga : Tsunami Akibat Longsoran Tanah Dan Gempa, Apa Beda Keduanya?
Tuntutan hukum yangditujukan untuk mantan pimpinan Tokyo Electric Power Co. dan dua orang wakilnya tersebut meminta diberikannya hukuman selama lima tahun di penjara.
Pasalnya, penuntut umum menyatakan mereka semua telah gagal dalam mencegah terjadinya bencana yang mungkin bisa terjadi di PLTN tersebut.
Mantanchairman TEPCO Tsunehisa Katsumata (78), mantan Vice President Ichiro Takekuro (72) dan mantan Vice President Sakae Muto (68) menghadapi tuntutantersebut karena dianggap telahmelakukan kelalaian profesional yang berakhir dengan kematian dan luka.
Ketiganya menghadapi tuntutan tersebut dengan menyatakan tidak bersalah di Tokyo District Court, karena merekamengatakan tidak bisa memperkirakan adanya tsunami sebesar itu.
Argumen tersebut tentu saja masuk akal, karena tsunami yang terjadi pada 2011 laluakibat gempa Touhoku yang terjadi di kedalaman 29 Km, dan berjarak 70 Kmarah timur dari Oshika Peninsula tersebut adalah gempa terkuat yang pernah tercatat di sejarah Jepang dan keempat di dunia.
Akibat dari gempa yang dahsyat tersebut, tsunami yang terjadi masuk ke dalam kategori Mega Tsunami dengan tinggi hingga 40.5 meter di atas permukaan laut.
Dinding tsunami yang dibangun oleh pemerintah Jepang untuk mengatasi bencana seperti ini bahkan terlewati dengan mudah, dan menghancurkan pemukiman hingga 10 Km dari pesisir.