Nextren.com -Survei poplix mengungkapkan87% masyarakat Indonesia aktif belanja lewat Quick Commerce.
Model bisnis quick commerce memang digadang-gadang menjadi model bisnis generasi ketiga setelah yang pertama toko konvensional dan yang kedua e-commerce.
Model bisnis quick commerce sendiri menawarkan pembeli dalam jumlah kecil namun durasi pengirimannya sangat singkat, hanya dalam hitungan jam.
Karena pengirimannya memakan durasi yang singkat, model bisnis ini bergantung denga hub logistik atau dark store di daerah pemukiman padat.
Hal tersebutlah yang membedakannnya dengan e-commerce yang mengandalkan gudang besar di pinggiran kota.
Model bisnis ini memang menjadi tren seiring dengan perubahan perilaku berbelanja, terutama saat pandemi berlangsung.
Mungkin perilaku berbelanja menggunakan layanan Quick Commerce adalah salah satu kebiasaan pandemi yang masih terbawa hingga saat ini, meski kasus Covid-19 telah menurun.
Baca Juga: Populix Tampilkan Survei Minat Belanja Jelang Harbolnas di Indonesia, Ini Hasilnya
Survei populix yang dilakukan pada 5-16 Oktober terhadap total 1.046 responden laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun di Indonesia menemukan 87% responden aktif berbelanja menggunakan aplikasi Quick Commerce terutama dari kelompok usia 26-45 tahun di daerah Jawa.
Sementara itu 13% lainnya mengatakan tidak menggunakan layanan aplikasi Quick Commerce karena tidak termasuk dalam cakupan wilayah pengantaran dan belum memiliki kebutuhan untuk berbelanja di layanan Quick Commerce.
Benar saja, dalam survei tersebut sebagian besar responden, sebanyak 66%, mengatakan pengiriman cepat menjadi kelebihan dibandingkan layanan belanja online lainnya.