Setelah diluncurkan dari pesawa pembom, rudal lalu berakselerasi ke kecepatan hipersonik hingga kecepatan 15.345mph (24.705 km/jam) menggunakan ramjet pembakaran supersonik, untuk menyerang target dalam jarak 1.000 mil (1610 km).
Sementara itu kapal selam Angkatan Laut juga meluncurkan Long Range Hypersonic Weapon dengan jangkauan 1.725 mil (2777 km), yang diharapkan akan beroperasi pada tahun 2023.
Darpa, divisi ilmiah militer AS, baru-baru ini mengumumkan kesuksesan ujicoba rudal HAWC hipersonik (Hypersonic Air-breathing Weapon Concept) namun merahasiakan detail seperti jangkauan, kecepatan, dan muatan rahasianya.
Rudal hipersonik itu menggunakan oksigen di atmosfer sebagai bagian dari bahan bakarnya, menandai ujicoba pertama kelas senjata itu yang berhasil sejak 2013.
Rudal, yang diluncurkan dari jet pembom dan dipercepat oleh booster sebelum terlepas, dapat diarahkan ke target yang tepat.
Rudal hipersonik yang dibuat oleh Raytheon itu, dilepaskan dari pesawat hanya 'beberapa detik' sebelum mesin scramjet dari Northrop Grumman bekerja, kata Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).
Mesin bekerja dengan mengompresi udara yang masuk dengan bahan bakar hidrokarbon untuk menciptakan campuran aliran udara yang cepat, yang mampu mendorongnya mencapai kecepatan lebih dari 1.700 meter per detik, atau lima kali kecepatan suara.
Awal tahun ini, uji coba rudal hipersonik dari Angkatan Udara AS dibatalkan setelah tidak dapat menyelesaikan urutan peluncurannya.
Pada 19 Maret tahun lalu, Pentagon menguji penerbangan sebuah kendaraan luncur hipersonik di Fasilitas Jangkauan Rudal Pasifik di Kauai, Hawaii.
Baca Juga: Ukraina Dituduh Pakai Senjata Biologis Virus, Bisa Menyebar via Burung
Ujicoba itu dianggap sukses dan disebut 'tonggak utama menuju kemampuan perang hipersonik' sejak awal hingga pertengahan 2020-an.