Adapun pertumbuhan tertinggi didorong oleh 190 juta masyarakat perdesaan, dengan lebih dari 130 juta penduduk pedesaan yang tidak memiliki rekening bank dan belum mengenal e-commerce.
Peluang Besar di Pelosok
Lebih dari separuh penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan belum tersentuh layanan marketplace.
Dalam kacamata Kaya, untuk menyasar pasar penduduk perlu ada model bisnis berbeda karena kebanyakan pembeli sulit dijangkau, tidak memiliki rekening bank dan tidak percaya solusi teknologi.
Baca Juga: Telegram dan WhatsApp Kerap Jadi Sarang Fintech Ilegal, Kok Bisa?
Founder Shox Rumahan, Sonat Yalcinkaya (Kaya), dan Co-Founder Shox Rumahan, Vyani Manao.
Pemain e-commerce tidak dapat menerapkan model bisnis B2C bagi pengguna di pelosok, meski pola tersebut sukses di tempat lain.
Pria yang berpengalaman mengembangkan e-commerce di 30 negara itu juga melihat, bahwa faktor kepraktisan membuat pemain besar tetap memprioritaskan eksistensi mereka di kota-kota tier-1, meski daya beli masyarakat perdesaan akan tumbuh hampir 50%.
Bagi pemain e-commerce, lebih mudah memanfaatkan dan meningkatkan jumlah infrastruktur yang telah mereka bangun.
Artinya, akan ada banyak peluang bagi pelaku bisnis yang menyasar pasar pedesaan.
Walau demikian, Kaya menilai ada teka-teki perdagangan elektronik di kawasan perdesaan yang harus diatasi.
Sebab, tidak mudah menggarap pasar pedesaan. “Jika semudah itu, sudah banyak pemain e-commerce yang melakukannya.”