James menilai dalam kasus yang dialami Ilham Bintang, pihak-pihak yang terlibat tidak "rigid" dalam menjalankan Standard Operating Procedure (SOP).
Misalnya, di sektor perbankan tidak ada early warning system ketika ada anomali, dimana terjadi transaksi abnormal dilakukan pelanggan dengan melakukan verifikasi atau di sisi operator yang tak menjalankan faktual verifikasi kala ada klaim ke gerainya.
"Belajar dari kasus ini tentunya isu pengelolaan data pribadi menjadi penting."
"Bagi pelanggan harus sering mengubah password yang terkait transaksi finansial, operator harus lebih ketat ke pelaksana lapangan dalam menjalankan SOP, dan di Bank harus bisa membaca perilaku pelanggan dalam bertransaksi," ulasnya.
Sementara ahli digital forensik Ruby Alamsyah mengaku sudah melakukan analisa digital forensik dan menemukan jika kasus Ilham Bintang ini sudah dipastikan merupakan SIM swap fraud atau penipuan penggantian kartu SIM Card.
Dan ini terjadi melalui tiga tahapan dengan melibatkan banyak pihak.
“Kasus pembobolan rekening ini selalu diawali dengan phishing, baik melalui email, voice maupun SMS."
"Ini merupakan teknik social engineering yang dilakukan oleh oknum untuk mengelabui pelaku, dengan tujuan mendapatkan data-data pribadi korbannya. Inilah awal dari pembobolan rekening yang terjadi,” ujar Ruby.Baca Juga: Fitur Lock Button di Aplikasi AxisNet Bisa Mencegah Kebobolan Pulsa
Menurut Ruby, data-data pribadi yang telah didapatkan oknum penipu itu tak hanya berupa nomor telepon pengguna, tapi juga data mobile banking termasuk username dan password, serta data kartu kredit.
Dengan bekal data pribadi itulah, kemudian mereka datang ke gerai operator yang digunakan si korban untuk melakukan sim swap fraud.
“Intinya, mereka mengelabui petugas operator dengan menggunakan data korban, termasuk KTP palsu, yang sudah ada di tangan mereka, berkat hasil phishing itu."