Sementara itu, fact-checker asal Nigeria, Oluwatosin Alagbe, mengungkapkan, konten hoaks yang menyebar di negaranya cukup kompleks.
“Banyak kabar bohong yang itu berbicara tentang campuran isu antara agama, kesukuan, dan politik,” kata Alagbe.
Baca Juga: Postingan Hoaks di Facebook dan Instagram Bakal Ditandai dan Diburamkan
Menurut dia, informasi itu menyebar melalui media sosial maupun aplikasi percakapan.
Adapun cara yang digunakan untuk mengecek kebenaran suatu informasi, apakah hoaks, atau bukan, dari berbagai negara relatif sama, yakni menggunakan berbagai tools seperti Google Image Reverse, Google Maps, data, dan mengonfirmasi ke pihak-pihak terkait/berwenang.
Menurut Alagbe, dari pertemuan ini, ia bisa bertemu secara langsung dengan tim Facebook sehingga bisa berdiskusi mengenai berbagai hal terkait upaya melawan hoaks.
Fact-checker asal Vera Files, Filipina, Celine Isabelle Samson dan Ellen Tordesillas, mengungkapkan, informasi hoaks yang beredar di negaranya cukup beragam.
Tak hanya soal politik, tetapi juga selebriti dan disinformasi seputar kesehatan.
Baca Juga: Internet di Papua Masih Dibatasi, Karena 500 Ribu Alamat Website Sebarkan Hoaks Papua
Celine menyebutkan, lembaganya melakukan verifikasi atas berbagai informasi tersebut, terutama klaim politisi atas sejumlah hal.
Menurut dia, verifikasi klaim politisi penting dilakukan agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar.
"Tidak hanya itu, kami juga memverfikasi informasi viral soal kesehatan, sosial, selebriti. Kerja cek fakta yang sama juga ternyata dilakukan di banyak negara," kata Celine.