Sampah elektronik ini mencakup produk-produk yang dibuang dengan baterai atau colokan termasuk ponsel, laptop, televisi, lemari es dan mainan listrik.
Pada tahun 2016, sebanyak 44,7 juta metrik ton e-waste dihasilkan.
Baca Juga : Vivo V15 Pro Hadir Dengan Pop-Up Kamera, Dibandrol Rp 5.7 Juta
Angka ini naik 3,3 juta metrik ton (8 persen) dari 2014.
Sayangnya, hanya sekitar 20 persen - atau 8,9 juta metrik ton - dari semua e-waste didaur ulang pada tahun yang sama.
PT. Arah menaruh perhatian di segmen ini, terutama mengenai awareness (pemahaman) akan limbah B3 yang dihasilkan serta sarana pengelolaannya.
Banyak masyarakat yang belum paham akan bahaya limbah B3 yang mereka hasilkan.
Baca Juga : Realme Umumkan Buka Service Center Untuk Pertama Kalinya Di Indonesia
Padahal dengan semakin masifnya penggunaan perangkat teknologi seperti ponsel, gadget dan perangkat elektronik lainnya, maka limbah B3 yang dihasilkan semakin banyak.
Masyarakat juga masih banyak yang membuang baterai bekas, lampu bekas, tinta cartridges bekas, dan sampah elektronik lainnya ke dalam satu wadah bersama sampah bekas makanan atau sampah plastik.
Padahal sampah harus dipilah pembuangannya untuk kemudian masing-masing jenis sampah dikelola dengan treatment yang berbeda."
"Di sisi lain, ada masyarakat yang sudah paham bahayanya namun mengalami kesulitan bagaimana menanganinya,” ungkap Gufron Mahmud, Direktur Utama PT Arah dalam acara peluncuran ECOFREN di Jakarta (21/2/2019).