Tidak percaya? Tanyakan kepada administrator dari perusahaan besar seperti Cognizant, Accenture, Campbell Conroy & Oneil atau Jetstar yang pernah menjadi korban ransomware.
Apakah karena mereka kekurangan uang dan tidak menggunakan program antivirus terbaik ?
Atau sudah menggunakan program antivirus yang terkenal, mahal namun tetap menjadi korban ransomware ?
Banyak perusahaan besar Indonesia yang turut menjadi korban ransomware seperti lembaga dan kementerian pemerintah, perusahaan tambang sampai otomotif terbesar juga turut menjadi korban keganasan ransomware.
Jawabannya jelas bukan karena mereka tidak mampu membeli program perlindungan untuk melindungi data mereka dari serangan ransomware.
Namun memang faktanya ransomware yang menyerang mampu menembus perlindungan. Tidak ada satupun produk sekuriti yang mampu mengamankan sistem 100 % dari serangan ransomware.
Hal itu karena banyak ransomware canggih yang dijalankan secara manual oleh operator yang sangat berpengalaman yang mencari kelemahan sistem yang diincarnya.
Implementasi dan kebijakan perlindungan data yang disiplin menjadi kunci utama melindungi data dari serangan ransomware.
Ibarat prajurit komando yang hanya berbekal pisau bisa mengalahkan musuh dengan senjata api, hal ini dimungkinkan karena prajurit tersebut sudah sangat terlatih menggunakan pisaunya dengan sangat baik.
Jika anda memilih perlindungan sekuriti, jangan dilihat dari mereknya saja, tetapi dari layanan support dan implementasi perlindungan yang diberikan. Bagaimana penyedia layanan memberikan perlindungan dan bukti logis apa yang diberikan, bahwa data anda tetap akan selamat sekalipun berhasil dienkripsi oleh ransomware.
Sudah berapa lama vendor tersebut menjalankan usahanya dan layanan seperti apa yang diberikan untuk melindungi anda.
Apakah ada support on-site yang handal ketika anda mengalami masalah atau malah anda dilempar kepada support di luar negeri.