Follow Us

Putin Penuh Percaya Diri Dalam Perang Rusia Ukraina, Sebut Isolasi Rusia Hanya Akan Sia-sia

Wahyu Subyanto - Kamis, 08 September 2022 | 21:19
Ilustrasi Vladimir Putin menjalankan doktrin baru AL Rusia
Nikkei Asia

Ilustrasi Vladimir Putin menjalankan doktrin baru AL Rusia

Nextren.com - Perang Rusia Ukraina telah meluas menjadi perang energi, dimana negara-negara Eropa kini sedang kesulitan karena pasokan energi dari Rusia sangat dibatasi.Pada Senin (5/9) Putin mengatakan bahwa aliran gas lewat pipa Nord Stream 1 ke Jerman tidak akan dilanjutkan secara penuh, hingga negara-negara Barat mau mencabut sanksi terhadap Rusia. Namun Putin membantah bahwa Moskow telah "mempersenjatai" pasar energi, seperti yang banyak diklaim pemimpin Eropa.Hal itu dilakukan Rusia sebagai salah satu jawaban atas sanksi bertubi-tubi yang dikenakan kepada Rusia oleh negara-negara Barat.

Baca Juga: Putin Akan Terus Serang Ukraina Meski Tak Jadi Gabung NATO, Perang Bakal Lama Nih!Namun ternyata, begitu banyak sanski kepada Rusia ternyata tidak membuat Rusia jatuh. Bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan mustahil negara-negara Barat akan berhasil mengisolasi Rusia dari seluruh dunia. Berbagai sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat disebut tidak akan menjatuhkan ekonomi Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut sanksi yang dijatuhkan Barat kepada Rusia akibat invasi ke Ukraina, menjadi ancaman bagi seluruh dunia.Namun untuk mengisolasi Moskow adalah pekerjaan sia-sia di tengah poros menuju Asia. Putin berpidato di Forum Ekonomi Timur di Kota Vladivostok, Rusia, pada Rabu (7/9), sesaat sebelum pengumuman dia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, minggu depan di Uzbekistan. Putin mengecam serangkaian "demam sanksi" dari Barat itu, dan mengatakan bahwa sanksi-sanksi itu sebagai upaya agresif untuk memaksakan pola perilaku di negara lain, merampas kedaulatan mereka, dan tunduk pada kehendak mereka. "Tidak peduli seberapa besar seseorang ingin mengisolasi Rusia, mereka tidak mungkin melakukannya," tegas Putin, seperti dikutip Al Jazeera. Sebab menurutnya, peran negara-negara di kawasan Asia-Pasifik telah meningkat secara signifikan. Apalagi kemitraan Rusia di kawasan tersebut akan menciptakan peluang baru yang sangat besar bagi rakyat Rusia.Untuk menghadapi sanksi dan isolasi serta memburuknya hubungan dengan Barat, Moskow juga berusaha mengubah kerjasama ke Timur Tengah, Asia dan Afrika.

Baca Juga: Putin Ingin Bunuh Eropa dengan Krisis Energi di Musim Dingin untuk Tuntaskan PerangEkonomi Rusia TerdampakSejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina 24 Februari, mereka telah dihujani banyak sanksi dari negara Barat, yang bertujuan untuk mengisolasi Rusia dari ekonomi global. Hasilnya, Rusia memang kesulitan mengakses berbagai barang seperti perangkat elektronik komersial, semikonduktor, dan suku cadang pesawat. Rentetan sanksi ekonomi dan pribadi kepada Rusia, setelah Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, telah memukul Rusia, seperti dilansir NDTV.Bahkan tak hanya pembatasan saja, tetapi hampir semua produk-produk teknologi tinggi buatan asing juga ditutup aksesnya."Hal itu digunakan untuk melawan Rusia," kata Putin dalam konferensi video dengan tokoh-tokoh pemerintah. Menurut Putin, itu adalah tantangan besar bagi Rusia, namun mereka tidak akan menyerah. Rusia juga tidak dalam keadaan kacau atau akan kembali ke masa lalu, seperti yang diprediksi oleh beberapa negara.Putin juga berusaha menghilangkan anggapan bahwa sanksi negara-negara Barat dan perang di Ukraina, telah berdampak besar pada ekonomi Rusia.

Baca Juga: Bahaya Jika Putin Lengser, Rusia Bisa Terasing Seperti Korea UtaraMenurut Putin, saat ini produk domestik bruto (PDB) Rusia di 2022 memang akan turun sekitar 2%. Namun surplus anggaran Rusia tahun ini akan mencapai 1,5 triliun rubel (US$ 24,5 miliar). Maka Rusia harus mengembangkan teknologi dan perusahaan teknologi dalam negerinya sendiri. Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan prioritas dukungan untuk sektor teknologi Rusia. Namun menurut Siluanov, setiap rubel uang negara itu harus disertai minimal tiga rubel investasi swasta.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest