Nextren.com - Presiden Rusia Vladimir Putin telah memegang kendali penuh atas negaranya dan pemerintahannya dalam waktu yang sangat lama, sehingga dengan mudah memerintahkan perang Rusia Ukraina.Maka jika dia diganti, sistem politik lemah yang dibangunnya bisa berisiko runtuh.Itulah pandangan Sergei Guriev, seorang ekonom Rusia dan mantan penasihat Kremlin, yang memperingatkan bahwa Rusia tanpa Putin bisa dengan cepat menjadi tidak stabil dan tak dapat diprediksi dibandingkan kondisi sekarang.“Rezim seperti ini berubah dengan cara yang sangat tidak terduga,” kata Guriev dalam sebuah wawancara dengan CNBC minggu ini, dilansir Fotrune (2/9). “Sangat sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi setelah Putin. Alasannya adalah Putin telah membangun rezimnya dengan cara yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun.”
Baca Juga: Hacker Korea Utara Lakukan Pencurian Kripto Terbesar di Dunia, Bobol Rp 8,8 Triliun!Guriev mengatakan bahwa Putin telah membangun pemerintahan Rusia sedemikian rupa. Sehingga jika dia disingkirkan atau diganti, seluruh sistem akan berhenti berfungsi, dan menyebabkan keruntuhan atau setidaknya perombakan yang signifikan.Guriev adalah seorang ekonom berpikiran liberal yang melarikan diri dari Rusia pada 2013 di tengah meningkatnya investigasi Kremlin. Pada saat itu, ekonom itu menulis dalam artikel opini New York Times bahwa dia “takut kehilangan kebebasan saya.” Sejak itu, Guriev melihat pemerintah Rusia semakin terisolasi dan rapuh, sebagian besar karena sifat pemerintahan Putin."Orang-orang di sekitarnya tidak percaya satu sama lain, terkadang saling membenci, jadi jika dia pergi, sistem akan berubah," kata Guriev kepada CNBC.
Kerapuhan RusiaPutin memenangkan pemilihan resmi pertamanya pada Maret 2000, yang membuatnya mendapatkan dua masa jabatan presiden berturut-turut hingga 2008. Dia kemudian menjabat sebagai perdana menteri antara 2008 dan 2012, ketika dia kembali ke jabatan presiden.Amandemen konstitusi 2008 memperpanjang masa jabatan presiden Rusia menjadi enam tahun, bukan empat tahun.Adapun masa jabatan keempat Putin saat ini sebagai presiden berlangsung hingga 2024.Tahun lalu, Putin menandatangani undang-undang baru yang memberinya hak untuk mencalonkan diri dua kali lagi dalam hidupnya.Artinya dia bisa tetap menjabat sampai paling cepat 2036 , dimana saat itu dia akan berusia 83 tahun.
Baca Juga: Korea Utara Sukses Ujicoba Rudal Supersonik 4 Kali Kecepatan Suara, Bisa Hindari Radar AS dan Korsel!Guriev mengatakan bahwa dalam dua dekade menjabat, Putin telah berfokus untuk membangun dirinya sebagai roda penggerak penting yang menyatukan sistem politik Rusia.
Konsekuensi dari strategi itu, sistem menjadi sangat rapuh setelah bagian tengah itu dilepas.Dalam bukunya tahun 2021, Weak Strongman, ilmuwan politik Amerika Timothy Frye menempatkan rezim Putin dalam istilah yang sama. Frye menulis bahwa saat institusi politik Rusia yang relatif lemah memudahkan seorang otokrat seperti Putin untuk mengambil alih kekuasaan, maka kerapuhannya juga membuat negara itu lebih sulit untuk diatur. Putin mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan mengumpulkan berbagai pengusaha elit yang dekat dengannya serta menempatkan mereka di posisi kekuasaan dan mengendalikan institusi Rusia, tulis Frye.Tetapi sistem ini juga sangat rentan, karena bergantung pada keberadaan Putin untuk mengelola konflik apapun yang muncul di antara mereka, di antara para elit yang telah dia tentukan posisinya.Jika Putin meninggalkan kantor Presiden atau diberhentikan, Guriev mengatakan tidak mungkin penggantinya akan dipilih secara demokratis.Lalu keretakan akan mulai terlihat dengan cepat tanpa kehadiran Putin.“Mungkin awalnya hal itu akan menjadi semacam pria ultranasionalis atau junta militer. Tetapi itu tidak akan bertahan lama, karena sistemnya dibangun di sekitar Putin. Dan pada akhirnya, saya pikir sistemnya akan runtuh,” kata Guriev.Dia menambahkan bahwa masyarakat Rusia yang direformasi bisa lebih bersedia terlibat dengan negara-negara lain daripada Putin.Namun ada kemungkinan bahwa hasil akhirnya akan menjadi negara yang bahkan lebih terisolasi daripada Korea Utara, sebuah negara yang dikenal terasing dari Barat.“Bisa jadi Korea Utara yang menggunakan steroid, siapa tahu? Tapi itu juga bisa menjadi situasi di mana sistem runtuh dan seseorang yang ingin membangun kembali ekonomi menjangkau Barat,” kata Guriev.
Baca Juga: Korea Utara Tuduh Korsel Sebar Virus Covid-19 dan Akan Membalasnya
"Karena Putin telah dengan hati-hati membangun sistem ini selama masa kepresidenannya, maka untuk waktu yang lama tampaknya Rusia dapat “berjalan ke arah mana pun,” kata Guriev.Dia merujuk pada kemungkinan bahwa Barat dan Rusia dapat terlibat satu sama lain dan hidup berdampingan secara damai.Tetapi periode keterlibatan Barat ini mungkin telah berakhir dengan aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014, kata Guriev.Setelah itu Putin “terus membangun mesin perangnya” dan Barat tidak cukup menghukum presiden Rusia itu.