"Setelah 15 bulan negosiasi yang intens dan konstruktif di Wina dan interaksi yang tak terhitung dengan peserta JCPOA dan AS, saya telah menyimpulkan bahwa ruang untuk kompromi tambahan yang signifikan telah habis," ujar Josep Borell.
Borell tak memberikan rincian lebih lanjut tentang proposal kesepakatan baru.
Kendati demikian, ia mengisyaratkan bahwa tak memiliki waktu lagi untuk memulihkan kesepakatan di mana Iran membatasi program nuklirnya agar mendapat bantuan ekonomi.
Baca Juga: Facebook Hapus 300 Akun Penentang di Iran, Perang Lawan Akun Palsu
Borell juga menyampaikan bahwa Uni Eropa akan bertindak cepat terkait kasus nuklir Iran.
"Sekarang saatnya untuk keputusan politik cepat untuk menyimpulkan negosiasi Wina berdasarkan teks yang saya usulkan dan segera kemabali ke kebijakan JCPOA yang diterapkan secara penuh," tulisnya.
"Jika kesepakatan tersebut ditolak, kami mengambil resiko krisis nuklir yang berbahaya, bertentangan dengan prospek penginkatan isolasi bagi Iran dan warganya," tulis Josep Borell.
Baca Juga: Trump Kirim Pembom Nuklir ke Timteng, Wujudkan Rencana Serangan Besar ke Lokasi Nuklir utama Iran?
Iran menjadi negara keempat yang akan diwaspadai oleh Eropa dan negara Barat karena kekuatan nuklirnya.
Hal tersebut dikarenakan Iran memiliki kedekatan dengan Rusia, China, dan negara-negara berhalauan kiri lainnya.
Pertengahan Juli lalu, Presiden Iran dan pemimpin agung Iran bertemu dengan Vladimir Putin untuk membahas kerja sama kedua negara dan meruntuhkan dominasi AS.
(*)