Hal itu dilakukan untuk menahan inflasi yang tertinggi di AS selama beberapa dekade.
Penyebab Kejatuhan
Terlepas dari faktor ekonomi makro itu, analis mengatakan jatuhnya "stablecoin" TerraUSD (atau UST) — dan potensi efek penularannya — adalah alasan utama di balik aksi jual mata uang kripto minggu ini.
Stablecoin seperti UST, Tether, dan USDC seperti rekening bank untuk ekosistem kripto, dan nilainya biasanya dipatok ke mata uang resmi seperti dolar AS (berdasarkan 1: 1).
Secara teori, Stablecoin itu dibuat agar memiliki nilai tetap (sekitar $US1) sehingga Stablecoin bisa menjadi penyimpan nilai yang andal.
Maka Stablecoin ini tentu berbeda dengan bitcoin, ethereum, dan uang kripto lainnya yang punya volatilitas ekstrim.
Sebenarnya Luna adalah salah satu mata uang digital paling berharga dan stabil di dunia.
Baca Juga: Terungkap! Mata Uang Kripto dan Hacker Jadi Penyelamat Rusia dari Sanksi Berat AS dan NATO
Namun pada hari Selasa, terjadi aksi jual besar-besaran karena nilai stablecoin Terra tiba-tiba "tidak dipatok" terhadap dolar AS.
Nilai Luna langsung turun dari $1 (Rp 14600) menjadi $60 sen (Rp 8700), lalu anjlok lagi pada hari Rabu menjadi hanya $20 sen (Rp 2900).
Itu membuatnya seperti 'rush bank' karena orang berusaha keluar dan menjual Luna miliknya beramai-ramai.