Nextren.com - Masa pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir 3 tahun di berabagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Pandemi Covid-19 yang terus berlangsung telah memaksa berbagai lini bisnis untuk mengadopsi model kerja jarak jauh.
Perusahaan-perusahaan besar telah menerapkan pola kerja WFH dan pola kerja hybrid dalam mensiasati pandemi Covid-19.
Baca Juga: MIUI 13 Resmi Bisa Dinikmati di Poco, Bawa Fitur Keamanan dan Privasi Andal
Dari sisi pekerja, model kerja WFH dan hybrid membuat mereka merasa lebih aman dan terlindungi dari paparan Covid-19.
Saat ini, kerja hybrid (hybrid workplace) sepertinya akan menjadi budaya kerja baru paska-pandemi, di mana beberapa karyawan akan kembali bekerja dari kantor, sementara karyawan lainnya tetap mendapatkan pilihan bekerja dari rumah atau dari jarak jauh (remote working).
Bekerja dari kantor dilakukan secara bergantian atau mendapatkan pilihan penuh untuk bekerja jarak jauh.
Baca Juga: Apakah NFT Aman dari Kebocoran Data dan Hacker? Ini Kata Pakar
Di dalam Global Workplace Report 2021 yang dibuat oleh NTT Ltd. mengungkapkan bahwa hanya 43,2% karyawan yang yakin bahwa informasi perusahaan tetap terjaga aman saat mereka bekerja dari rumah.
Tentu saja angka tersebut sangat rendah, mengingat sejak awal pandemi para karyawan sudah bekerja secara fleksibel.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bisnis masih berjuang memasang sistem keamanan yang tepat dan menggunakan pelatihan untuk memastikan informasi perusahaan aman saat memulai sistem kerja hybrid.
Saat ini, sebagian besar tim keamanan perusahaan tidak memiliki waktu, energi, dan sumber daya untuk secara mandiri membangun pertahanan terhadap ancaman keamanan siber.