"Jika terlalu lama, kita hanya akan menghabiskan terlalu banyak sumber daya dan waktu untuk hal yang sia-sia,” ungkap Grady Laksmono.
Baca Juga: Prediksi Bisnis Erajaya: Wearable Atau IoT Akan Lebih Berkembang di Indonesia
2.Lakukan A/B testing untuk menghitung dampak nyata
Dalam operasional startup, seringkali perusahaan menghadirkan fitur-fitur baru dengan harapan untuk menarik semakin banyak pengguna.
Namun, hal ini justru bisa menjadi distraksi dari tawaran utama startup.
Oleh karena itu, Fajar Budiprasetyo menyarankan startup untuk menjalankan A/B testing agar bisa menghitung dampak nyata dari sebuah promo/fitur/kemitraan baru.
Ia pun mengaku budaya eksperimen ini telah ia pupuk sejak mengembangkan HappyFresh.
3. Dengarkan umpan balik dari pengguna
Pemikiran kritis menjadi hal esensial yang harus dimiliki semua founder startup.
Untuk bisa mencapai PMF, maka jalan terbaik adalah untuk benar-benar memahami target pengguna, mulai dari kebutuhan, keinginan, hingga harapan mereka.
"Semua pengguna ingin mencoba layanan startup agar bisa mempermudah hidup mereka."
"Untuk itu, terlebih bagi para startup B2B atau startup yang model bisnisnya rumit dan membutuhkan edukasi lebih, kita yang harus giat ‘jemput bola’ dan mengajak mereka untuk menggunakan sistem kita, kalau pengguna belum tertarik mencoba."