Dell menduga bahwa paradoks ini terjadi akibat 58 persen perusahaan di Indonesia memilih untuk menyimpan mayoritas data di pusat data yang dimiliki sendiri, meskipun perusahaan tersebut sudah mengetahui manfaat dari pemrosesan data di tempat data.
"Untuk menjadi perusahaan yang fokus pada data (data-driven) adalah sebuah perjalanan dan mereka akan membutuhkan panduan dalam perjalanan tersebut," ucap Richard Jeremiah.
Baca Juga: Dell Segera Luncurkan Laptop Gaming G15, Simak Spesifikasinya!
3. Paradoks "Melihat Tanpa Bertindak"
Terakhir, dikatakan kalau dalam kurun waktu 18 bulan terakhir, sektoron-demand di Indonesia berkembang pesat.
Kondisi tersebut pun mengakibatkan adanya gelombang bisnis baru yang menerapkan data-pertama (data-first) dan data-dari-manapun(data-anywhere).
Baca Juga: Riset Microsoft : Netizen Makin Gak Sopan Selama Pandemi, Frustasi di Media Sosial!
Alhasil ada 12 persen perusahaan di Indonesia yang mencobba peruntungan untuk beralih ke infrastruktur TI ke modelas-a-service.
Dan sekitar 65 persen perusahaan juga sudah melihat peluang untuk mengembangkan atau mengubah permintaan konsumen.
Hasil riset Dell juga menyatakan kalau 81 perusahaan menganggap kalau modelon-demand akan membantu perusahaan guna menghadapi hambatan ketika ingin mengumpulkan, menganalisi, dan mengambil keputusan berbasis data secara lebih baik.
Perusahaan Indonesia Ingin Lebih Baik
Kendati banyak perusahaan yang mengaku mengalami kesulitan digitalisasi, namun Dell menemukan hasil yang baik.