Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Ini Prediksi Pakar Soal Tujuan Aturan Baru WhatsApp dan Solusinya

Fahmi Bagas - Sabtu, 16 Januari 2021 | 12:00
Daftar HP yang tidak bisa menggunakan WhatsApp perJanuari 2018
pricebook.co.id

Daftar HP yang tidak bisa menggunakan WhatsApp perJanuari 2018

Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas

Nextren.com - Sekitar satu minggu ratusan juta pengguna WhatsApp di Indonesia diresahkan dengan adanya aturan baru WhatsApp.

Aturan baru WhatsApp membuat sejumlah kalangan merasa bingung untuk memilih bertahan dengan aplikasi besutan Facebook atau pindah ke aplikasi lain.

Bagaimana tidak? sejumlah kabar menyebut kalau WhatsApp akan dengan mudah mengotak-atik data penggunanya.

Baca Juga: Ini 5 Data Pribadi yang Tidak Dibagikan WhatsApp di AturanTerbaru

Dengan begitu, banyak pengguna WhatsApp yang enggan untuk menyetujuinya.

Namun taruhan ketika mengindahkan aturan baru tersebut adalah hilangnya akun WhatsApp.

Hal itu pun dilematis bagi konsumen yang hampir setiap hari berkomunikasi melalui WhatsApp.

Menjawab hal tersebut, Alfons Tanujaya, selaku pakar virus sempat menyebut kalau apa yang terjadi di WhatsApp ini bukan sesuatu yang terlalu membahayakan.

WhatsApp dinilai tidak bisa mengetahui data-data apa saja yang disebar di ruang berbagi pesan pribadi ataupun grup.

Sebab, WhatsApp sudah memasang sistem End-to-End Encription yang membuat isi pesan hanya bisa dibuka oleh si pemilik akun.

Baca Juga: Ini Kata Pakar Virus Soal Pencurian Data di Akun WhatsApp

Melanjuti tanggapan tersebut, kali ini pun Alfons Tanujaya membeberkan dugaannya terkait tujuan dan maksud WhatsApp mengenai aturan barunya itu.

Dihimpun dari siaran tertulis yang diterima Nextren (16/1), Alfons menyebut bahwa apa yang dilakukan WhatsApp ini sebenarnya adalah sebuah sistem dasar dari perusahaan yang berjalan di internet.

Facebook Inc sebagai pengembang WhatsApp dikatakan ingin mencoba memonetisasi WhatsApp agar bisa mendapatkan penghasilan lebih.

Baca Juga: 4 Aplikasi Chatting Pengganti WhatsApp Selain Signal dan Telegram

Pasalnya dengan jumlah pengguna yang diklaim mencapai 2 milyar akun di seluruh dunia.

Maka WhatsApp membutuhkan biaya pengelolaan sumberdaya yang lebih banyak.

Jadi, strategi monetisasi diduga Alfons sebagai langkah terbaik yang dilakukan oleh Facebook Inc.

Wajar Bagi Perusahaan Internet

Selain itu, apa yang dilakukan WhatsApp pun dinilai pakar virus itu sebagai sesuatu yang dasar untuk perusahaan di internet.

"Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Facebook Group ini tidak berbeda dengan perusahaan internet lain," tulisnya.

Baca Juga: Bikin Galau, Setujui Aturan Baru WhatsApp atau Pindah Aplikasi?

Ia pun menjadikan YouTube sebagai contoh nyata yang sudah banyak orang tahu.

Meski YouTube menghadirkan fitur Premium yang berbayar bagi pelanggannya.

Cara intip siapa yang kepoin profil WhatsApp kamu

Cara intip siapa yang kepoin profil WhatsApp kamu

Namun status Premium tersebut disebutkan tetap saja membuat perusahaan bisa mengolah metadata para penggunanya untuk kepentingan YouTube.

Baca Juga: Mau Pindah WhatsApp ke Signal? Ini Pengaturan Agar Data Lebih Aman

"Pada prinsipnya perusahaan internet yang manapun akan melakukan pola yang sama," jelas Alfons.

WhatsApp Mencoba Memonopoli Pasar

Ia pun menambahkan kalau prinsip kerja perusahaan internet sangat simpel, yaitu bersaing dengan cara apapun sampai kompetitor menyerah.

Jika sudah begitu, maka perusahaan tersebut dapat memiliki kekuatan untuk memonopolistik dan mendikte pasar sendirian.

Baca Juga: Menkominfo RI Panggil WhatsApp/Facebook Asia Pacific Bahas Aturan Baru Privasi

Hal itu lah yang saat ini dianggap sedang dilakukan oleh WhatsApp.

Pasalnya para konsumen itu hanya diberikan opsi setuju terhadap aturan baru WhatsApp atau tinggalkan WhatsApp, tanpa memberikan pilihan lainnya.

Oleh karenanya, Alfons Tanujaya menyebutkan bahwa peran pemerintah cukup penting karena untuk melindungi konsumen mencegah pasar menjadi monopolistik.

Baca Juga: Mau Buang WhatsApp? Ini Cara Menyimpan Data dan Chat Sebelumnya

Pengguna Juga Harus Sadar

Selain unsur pemerintah yang bertanggung jawab, peran konsumen juga harus ditingkatkan untuk mencegah pasar monopolistik.

Lalu bagaimana cara mencegah hal tersebut?

Alfons mengatakan bahwa konsumen diharapkan bisa menggunakan lebih dari satu aplikasi berbagi pesan seperti Line, Telegram, atau Signal.

Langkah itu perlu dilakukan bukan karena alasan keamanan data saja.

Baca Juga: Pengguna Telegram Kini 500 Juta, Melonjak Akibat Aturan WhatsApp

Tapi agar semua layanan itu melakukan pengadaan layanan yang sama dengan meningkatkan bandwith, server, dan lainnya.

Selain itu, kamu bisa menggunakan aplikasi pihak ketiga yang berguna untuk menghilangkan tampilan iklan di WhatsApp di masa depan.

Baca Juga: Apa Itu Signal? Aplikasi Pengganti WhatsApp Rekomendasi Elon Musk

Aplikasi itu adalah AdBlocker yang bisa kamu dapatkan di layanan jual-beli aplikasi seperti Google Play Store.

Dengan begitu, iklan di WhatsApp smartphonemu akan hilang.

(*)

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x