Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Cerita Serta Bahaya Jual Beli Akun Premium Netflix dan Spotify Ilegal

Fahmi Bagas - Sabtu, 27 Juni 2020 | 17:00
logo Netflix dan Spotify
youredm.com

logo Netflix dan Spotify

Nextren.com - Keberadaan aplikasi penyedia jasa hiburan diketahui saat ini kian naik daun.

Aplikasi seperti Instagram, TikTok, YouTube, Netflix, dan Spotify pun menjadi deretan aplikasi yang semakin banyak digunakan oleh orang-orang selama pandemi.

Laporan mengatakan bahwa pengguna Netflix saja telah meningkat sebanyak 150 juta pengguna selama kwartal pertama tahun 2020.

Namun, keberadaan layanan premium pada aplikasi seperti Netflix dan Spotify menjadi sebuah sorotan yang menarik.

Baca Juga: Situs Streaming Film Ilegal Alami Lonjakan Pengguna Selama Pandemi

Untuk kamu yang kerap menggunakan dua aplikasi tersebut, mungkin sudah tidak heran dengan aktivitas jual-beli akun premium ilegal.

Pasalnya, para penjual layanan premium 'bodong' tersebut kerap menjajakan jasanya melalui media sosial.

Harga yang ditawarkan juga jauh lebih murah dari apa yang harus dibayarkan jika menggunakan akun premium langsung di aplikasi.

Lalu kenapa hal tersebut bisa terjadi dan bagaimana terkait keamanan datanya?

Pakai Sistem Langganan Keluarga

Penjualan akun-akun premium di berbagai platform media seperti Netflix dan Spotify diakui memiliki berbagi macam metode.

Namun, salah satu narasumber yang diwawancarai oleh Kompas mengaku menggunakan sistem langganan keluarga yang tersedia di aplikasi.

"(Berlangganan) ini sistem family, jadi dimasukkan manual satu per satu. Kami di sini jadi manajer akun yang bisa memasukkan beberapa akun ke satu family (keluarga)," ujar AP, dikutip dari Kompas.

Penggunaan fitur langganan keluarga ini nantinya akan memiliki sistem pembayaran 'patungan'.

Baca Juga: Spotify Akan Hadirkan Integritas Video, Saingi YouTube Music?

Jadi para pelanggan bisa membayar dengan harga yang lebih murah.

Diketahui bahwa untuk satu akun Netflix Premium, AP membanderol harga sebesar Rp. 32.000 per bulan.

Nominal tersebut cukup jauh jika dibandingkan dengan Netflix yang menawarkan fitur premium seharga Rp. 169.000 per bulan.

Selain itu, akun Spotify Premium di AP juga dihargai sebesar Rp. 58.000 per tahunnya yang tentunya jauh lebih irit hampir 10 kali lipat dari apa yang ditawarkan oleh aplikasi.

Baca Juga: Kim Kadarshian Dikontrak Spotify Bawakan Podcast Eksklusif Terbarunya

Pembeli Percaya Testimoni

Keberadaan jasa jual beli akun premium diluar aplikasi ini juga tentunya tidak akan berkembang tanpa adanya keinginan dari masyarakat.

Kembali melansir di Kompas, diketahui kalau selain harga yang murah, kepercayaan masyarakat terhadap akun premium ini didasari oleh adanya testimoni dari pelanggan-pelanggan terdahulunya.

"Awalnya takut kenapa-kenapa. Tapi karena banyak testimoni dan harganya yang murah, ya sudah berani coba saja," kata Adam kepada KompasTekno.

Baca Juga: IBM Mengaku Tidak Mau Lagi Kembangkan Teknologi Pengenalan Wajah

Keamananan Data

Seperti yang kita tahu, untuk bisa mendapatkan langganan akun premium Netflix atau Spotify, pengguna harus menyerahkan data email dan password.

Dengan begitu, keamanan data pengguna pun menjadi taruhan demi bisa mendapatkan biaya yang murah tersebut.

Pihak AP sebagai penyedia jasa mengaku bahwa data para pelanggannya akan dijamin aman.

Baca Juga: Situs Resmi DPR Sempat Offline, Anonymous Klaim Jadi Dalang Dibaliknya

Namun, hal lain justru dikatakan oleh pakar keamanan siber Vaksin.com, Alfons Tanujaya.

Ia mengatakan kalau berlangganan akun premium seperti yang dilakukan oleh sebagian orang saat ini adalah hal yang merugikan.

"Penjual yang menjual akun dengan harga yang lebih murah lagi dapat beresiko akun di-suspend. Biasanya karena akun ini di-share lagi atau ada kondisi tertentu yang tidak boleh dilanggar oleh pemakai akun murah ini," ungkap Alfons, kembali mengutip dari Kompas.

Selain itu, bahaya terhadap adanya aksi tindak kejahatan finansial juga bisa saja terjadi.

Baca Juga: Jangan Panik Karena Data Digital Kita Dibobol, Ikuti Acara Ini GRATIS!

Mengingat data kredensial kita telah dipegang oleh tangan ketiga atau penjualnya.

Alfons Tanujaya pun menyarankan bagi pengguna untuk mempraktikkan metode langganan keluarga ini secara mandiri demi mengamankan data pribadi tersebut.

(*)

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x