Laporan Wartawan Nextren, Wahyu Prihastomo
Nextren -Dalam beberapa tahun terakhir ini kata influencer rasanya makin akrab di telinga masyarakat Indonesia.
Hal ini tidak lepas dari pesatnya perkembangan media sosial yang berhasil memunculkan banyak sosok dengan pengaruh yang luar biasa.
Seiring berjalannya waktu, para sosok penting di media sosial ini menyandang gelar influencer karena kemamupuannya untuk memberikan pengaruh (influence) bagi para pengikutnya.
Baca Juga: Upaya Startup Wahyoo Digitalkan 12 Ribu Warteg dan Pedagang Kaki Lima
Malahan saat ini mulai banyak orang yang mencoba meraih gelar influencer karena tergiur dengan banyaknya keuntungan yang bisa didapat.
Satu yang pasti adalah endorsement dari beragam produk dengan nilai yang fantastis.
Belakangan muncul fenomena influencer virtual atau animasi di media sosial.
Seperti namanya, para influencer ini bukanlah berasal dari kalangan manusia nyata, melainkan citra digital.
Kepopuleran influencer virtual ini juga semakin menjadi-jadi, terutama di Instagram yang memang fokus pada konten visual.
Baca Juga: Paket Freedom Internet dari IM3 Ooredoo, Rp 25 Ribu Untuk Kuota 3GB per Bulan
Dilansir dari Kompas Lifestyle, ada beragam jenis influencer virtual, mulai dari yang sosoknya kartunis, mirip karakter dalam game The Sims, sampai yang punya penampilan sangat mirip dengan manusia nyata.
Sebuah platform analisis media sosial, HypeAuditor, baru-baru ini melakukan perbandingan tingkat engagement (keterkaitan) antara influencer virtual dan nyata.
Hasilnya cukup menarik. Ternyata influencer virtual ini punya tingkat engangement tiga kali lebih tinggi.
Baca Juga: Narsis di Medsos Ternyata Bermanfaat Mengurangi Risiko Depresi
Dengan hasil ini, maka tidak menutup kemungkinan akan ada lebih banyak brand yang mulai memanfaatkan para influencer virtual ini.
SocialMediaToday mencatat beberapa keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan influencer virtual.
Misalnya tidak perlu dibayar, tidak bias, tersedia 24 jam selama 7 hari dalam seminggu, dan tentunya sangat populer.
Baca Juga: Paket Gadget Sitaan Dilelang Kemenkeu, iPhone Hingga MacBook Mulai Rp 85 Juta
Di sisi lain ternyata menciptakan tokoh virtual juga bisa lebih mahal dari biaya jasa influencer manusia.
Semakin nyata sang karakter, maka akan semakin mahal juga biaya produksinya.
Tapi kalau melihat kemampuan para digital artist saat ini, sepertinya tidak lama lagi influencer virtual akan makin populer.
Kalau sudah begini, potensi tergesernya peran influencer dari kalangan manusia nyata akan semakin besar. (*)
Baca Juga: Ini Tantangan Membesarkan Anak Generasi Alpha Yang Sangat Dekat Teknologi Canggih