Laporan Wartawan Nextren, Kama Adritya
Nextren.grid.id – Pada akhir pekan lalu yang kebetulan merupakan long weekend ini, terjadi kekacauan di bandara. Pesawat yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia mengalami keterlambatan atau delay.
Tidak main-main, keterlambatan ini terjadi di hampir seluruh bandara yang melayani pesawat dari maskapai utama dari Indonesia ini.
(BACA:Sistem Android Oreo Terpasang, Begini Tampilan Asus Zenfone 3)
Bahkan ada beberapa penerbangan yang dibatalkan, setelah berkali-kali mengalami keterlambatan.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan mengatakan bahwa penyebab keterlambatan tersebut akibat cuaca buruk dan erupsi Gunung Agung di Bali.
Tapi apakah benar demikian?
Tim Nextren melakukan wawancara dengan beberapa pilot Garuda dan petugas bandara yang menangani maskapai Garuda Indonesia.
Hasilnya, orang-orang yang keberatan disebut namanya ini menyebutkan bahwa penyebab keterlambatan tersebut adalah akibat dari bergantinya sistem internal yang digunakan Garuda.
Sebuah maskapai kelas Internasional, umumnya menggunakan sistem komputer khusus untuk membuat perencanaan jadwal kerja kru seperti pilot, kru kabin, sampai dengan kru darat. Termasuk untuk mengatur keberadaan pesawat.
Sistem komputer ini biasanya dibuat oleh pihak ketiga yang disewa oleh maskapai tersebut. Operasional dari maskapai itu akan sangat tergantung pada sistem yang berjalan.
(BACA:Tips Berbelanja Online yang Aman Saat Harbolnas, Awas Hacker!)
Sistem ini juga akan menghemat biaya dan waktu kerja untuk mengatur jadwal-jadwal penerbangan yang akan sangat menguras tenaga dan waktu jika dilakukan secara manual.
Sebelumnya Garuda menggunakan sistem yang dibuat perusahaan IT terkenal, Amadeus. Sistem yang digunakan bernama Crewlink. Hampir semua maskapai kelas Internasional menggunakan sistem Crewlink ini.
Keunggulan dari sistem ini adalah kehebatannya dalam mengatur jadwal maupun rotasi orang dan pesawat. Bahkan sistem ini pun juga dapat menangani sistem penerimaan pegawai atau rekrutmen maskapai.
Meskipun sistem ini pun tidaklah sempurna, seperti kasus yang menimpa RyanAir di Irlandia. Di mana maskapai tersebut dituntut oleh para karyawannya akibat adanya kekacauan yang menyebabkan beberapa karyawan tidak diakui di dalam sistem sehingga kehilangan pekerjaannya.
(BACA:Headset Bluetooth atau Headset Kabel? Manakah yang Lebih Baik?)
Belum lama ini, Garuda melakukan migrasi besar-besaran. Mereka berganti sistem dengan dalih demi efisiensi dan efektivitas. Garuda Indonesia memilih sistem Sabre yang dibuat oleh Sabre Holdings.
Berbeda dengan Crewlink, Sabre (Semi-Automated Business Research Environtment) sebenarnya dibuat untuk sistem distribusi travel agent.
Awalnya Sabre dibuat oleh American Airlines demi mengakomodir kebutuhan travel agent yang butuh akses langsung ke jadwal maskapai.
Perusahaan yang memiliki markas di Texas, Amerika ini kemudian berkembang dan sahamnya dibeli oleh Garuda untuk cabang Indonesia. Garuda membeli saham yang dimiliki konsorsium maskapai penerbangan di Asia Tenggara seperti Singapore Airline, Malaysia Airline, dan sebagainya.
(BACA:4 Tips Untuk Jadi Kaya dari Buat Apps, Ini Cara Mengembangkan Idenya)
Secara keseluruhan, sebenarnya sistem Sabre ini bisa mengatasi pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengatur jadwal rotasi kru maupun pesawat seperti yang dilakukan oleh Crewlink.
Sayangnya, Sabre tidak dipersiapkan untuk menghadapi kejadian luar biasa yang tak menentu (irregularities) seperti letusan Gunung Agung di Bali lalu.
Ditambah dengan belum familiarnya dengan sistem baru ini malah membawa teknologi yang seharusnya membantu ini jadi petaka.
Meletusnya Gunung Agung membuat jadwal pesawat dan jadwal kerja kru harus diubah. Celakanya, Sabre saat ini tidak bisa mengatasi hal tersebut.
(BACA:Sambut Harbolnas, Inilah 5 Pilihan Laptop Rp 3 Jutaan Layak Beli)
Akibatnya keberadaan kru dan pesawat tidak bisa dideteksi oleh sistem. Jadwal berikutnya yang sudah dibuat oleh sistem tidak bisa diganti karena kru yang seharusnya mengisi jadwal tersebut keberadaannya tidak diketahui.
Ada pesawat yang tidak ada pilot, tapi ada juga pilot yang tidak ada pesawat. Semua karena sistem yang kacau.
Sehingga terjadi seperti efek domino yang membuat masalah demi masalah sehingga akhirnya membuat sistem Sabre tersebut gagal.
Bahkan banyak pilot maupun kru darat yang terdampar akibat kacaunya sistem Sabre ini. Terlebih lagi karena pulau Bali merupakan salah satu pusat jalur penerbangan di Indonesia.
Akhirnya pihak Garuda Indonesia melakukan update jadwal secara manual melalui departemen-nya masing-masing. Tentunya hal ini sangat memakan tenaga dan biaya.
Sebaiknya Garuda segera melakukan pembenahan secara sistem, terlebih lagi karena sebentar lagi akan memasuki musim libur yang merupakan puncaknya jadwal penerbangan.
Jangan sampai kejadian yang dialami oleh American Airlines terjadi di Indonesia. Akibat sistem yang error, ratusan pesawat American Airlines tidak memiliki pilot gara-gara mereka semua diberikan cuti akhir tahun.
(BACA:Jelang Harbolnas, Deretan 5 Smartphone 4G Sejutaan dengan RAM 3GB Ini Bisa Jadi Rekomendasi)
Nextren berusaha menghubungi Resno Widyarto sebagai perwakilan dari Garuda Indonesia. Jika sudah ada tanggapan darinya, maka Nextren akan segera mengupdate artikel ini. (*)