"Secara teratur, mereka mengunggah soal pandangan politik maupun isu yang berkaitan dengan topik soal protes yang tengah terjadi di Hong Kong," ungkap Gleicher.
Ketidakpercayaan dan Kebingungan
Gleicher melanjutkan, meskipun para pelaku berusaha menyembunyikan identitas mereka, namun pihaknya bisa mendapat informasi mereka berhubungan dengan Beijing.
Baca Juga: Hati-Hati, Percakapan Pengguna Messenger Dikuping Facebook Dengan Sengaja
Berdasarkan data yang diperolehnya, terdapat setidaknya 15.500 akun yang mengikuti satu laman yang dipercaya dikelola oleh individu dari China itu.
Aksi protes di Hong Kong yang sudah memasuki pekan ke-12 awalnya terjadi untuk menentang UU Ekstradisi, di mana aturan itu dikhawatirkan bakal dipakai membungkam lawan politik.
Selama aksi yang diklaim melibatkan jutaan orang itu, berseliweran berbagai teori konspirasi maupun rumor secara daring yang menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan.
Antara lain foto 2011 menunjukkan pasukan Korea Selatan (Korsel) yang dimisinterpretasikan sebagai persiapan Negeri "Panda" untuk menginvasi Hong Kong.
Baca Juga: Twitter Uji Coba Fitur 'Hide Replies' untuk Sembunyikan Komentar Tak Layak
Hingga foto yang dianggap membesar-besarkan jumlah pengunjuk rasa, kota itu kini dibombardir dengan klaim yang saling bertentangan dari kedua sisi.
Video maupun gambar yang menunjukkan adanya kekerasa sengaja dipilih dan diedit sedemikian rupa demi tujuan tertentu, kemudian disebar ke grup WhatsApp.
Rachel Lao yang merupakan anggota advokat pro-demokrasi menuturkan, media yang dikelola pemerintah China punya andil dalam mendiskreditkan aksi.