Follow Us

Demo Hongkong Sudah 3 Bulan, China Pakai Twitter dan Facebook untuk Membingungkan Masyarakat

None - Rabu, 21 Agustus 2019 | 20:15
Massa pengunjuk rasa memadati aula kedatangan di Bandara Internasional Hong Kong, Senin (12/8/2019). Pengunjuk rasa yang mencapai lebih dari 5.000 orang memaksa dihentikannya operasional bandara.
(AFP / MANAN VATSYAYANA)

Massa pengunjuk rasa memadati aula kedatangan di Bandara Internasional Hong Kong, Senin (12/8/2019). Pengunjuk rasa yang mencapai lebih dari 5.000 orang memaksa dihentikannya operasional bandara.

Twitter dan Facebook menyatakan, mereka mengungkap adanya kampanye yang dilakukan China untuk melawan peserta demo Hong Kong memakai media sosial itu.

"Kami menemukan adanya operasi informasi didukung negara yang berfokus soal pergerakan protes dan seruan mereka akan perubahan politik," ujar Twitter.

Sementara Facebook menyatakan, petunjuk dari Twitter membuat mereka menghapus laman, akun, atau grup yang berasal dari China dan terlibat dalam "perilaku tak autentik terkoordinasi" soal demo Hong Kong.

Dilansir AFP Senin (19/8/2019), microblogging asal California itu mengungkapkan mereka sudah mengetahui dan langsung menghapus 936 akun yang datang dari China.

Baca Juga: Hindari Demo 22 Mei, Pakai Aplikasi Ini Untuk Pilih Rute Aman

Twitter diketahui diblokir di China daratan.

Karena itu, banyak dari akun itu menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) yang memberi gambaran menipu dari lokasi pengguna.

"Berdasarkan investigasi yang kami lakukan, kami mempunyai cukup bukti untuk mendukung dugaan bahwa ini adalah operasi yang didukung pemerintah," ujar Twitter.

"Kami mengidentifikasi sejumlah besar akun yang mempunyai perilaku mirip serta terkoordinasi untuk memperkuat yang berkaitan dengan aksi protes di Hong Kong," lanjut Twitter.

Baca Juga: Begini Cara Pantau CCTV Daerah Jakarta Saat Ini Untuk Hindari Demo

Facebook sendiri menyatakan mereka sudah menghapus tiga grup, tujuh laman, dan lima akun dari China yang diyakini bagian dari kampanye untuk melawan demo.

Kepala kebijakan keamanan siber Facebook Nathaniel Gleicher berkata, pelaku menggunakan "taktik menipu" seolah menjadi kantor berita dan mengundang orang ke mereka.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya

Latest