"Sekarang administrasi kami mulai dilengkapi. Hari ini kita panen berapa, kita tulis. Biar ketahuan progress-nya. Jadi ke depannya kami ingin bisa menjadi perusahaan (badan usaha)," tutupEgi.
Baca Juga: Bebaskan Petani Dari Tengkulak, TaniGroup Buat Aplikasi Fintech TaniHub
Menurut data dari TaniGroup, masih banyak petani lokal yang kesusahan memasarkan produknya, sehingga masih selalu bergantung pada middlemen atau tengkulak.
Ketergantungan pada middlemen ini membuat rantai pasok (supply chain) di pertanian sangat panjang.
Lalu, mengakibatkan harga yang diterima petani dari penjualan hasil panennya sangat jauh berbeda dengan harga yang dibayar konsumen (end user).
TaniHub melihat berbagai permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan cara menyederhanakan rantai pasok (supply chain) di pertanian melalui inovasi dalam teknologi informasi.
Baca Juga: DJI Perkenalkan Drone Khusus Untuk Petani
Didirikan pada pertengahan 2016, usaha rintisan ini memantapkan konsepnya sebagai e-commerce dan melakukan transaksi untuk pertama kalinya di bulan November pada tahun yang sama.
Kemudian, para pendiri TaniHub menemukan permasalahan lainnya yang dihadapi oleh para petani Indonesia: akses keuangan.
Sebab itulah TaniFund lahir diklaim untuk menjawab kebutuhan petani untuk pendanaan usaha taninya. (*)