Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Sistem Pengairan Otomatis dari Startup Alumni ITB Ini Dongkrak Hasil Panen 40 Persen

Wisnu Nugroho - Jumat, 18 Januari 2019 | 17:10
Encomotion saat ini digunakan di sebuah green house di Cisarua, Bandung

Encomotion saat ini digunakan di sebuah green house di Cisarua, Bandung

BIOPS Agrotekno kini juga telah memiliki beberapa model bisnis. Pada awal berdiri di tahun 2017, mereka hanya menjual putus solusi Encomotion dengan kisaran harga Rp.4,5-7,5 juta. Namun di perkebunan paprika ini, mereka menggunakan sistem bagi hasil. Dalam satu greenhouse, separuh area menggunakan sistem pengairan Encomotion, separuhnya lagi manual. Hasil panen dari dua area ini kemudian dibandingkan untuk menghitung kenaikan hasil panen berkat Encomotion.

Baca Juga : Tak Hanya GoJek, Ternyata 7 Startup Indonesia Ini Go 'Internesyenel'“Dari kenaikan hasil panen itu, hasilnya dibagi dua” cerita Fahri.

Precision Farming

Encomotion adalah salah satu contoh pendekatan precision farming alias sistem pertanian yang berbasis data.

Selain Encomotion, ada beberapa startup yang juga melakukan precision farming, seperti Neurafarm atau HARA.

(Ki-ka) M. Fahri Riadi (CEO) dan Nugroho Hari Wibowo (CTO) BIOPS Agrotekno

(Ki-ka) M. Fahri Riadi (CEO) dan Nugroho Hari Wibowo (CTO) BIOPS Agrotekno

Baca Juga : 5 Pekerjaan Ini yang Paling Dicari oleh 500 Perusahaan Startup IT

Namun harus diakui, para petani belum akrab dengan penggunaan teknologi untuk meningkatkan hasil panen.

Alhasil, tantangan terbesar BIOPS Agrotekno adalah memperkenalkan solusi mereka ke petani.

Untuk menjawab tantangan tersebut, BIOPS Agrotekno mencoba menyasar petani yang memiliki pengaruh di komunitas petani.

Pemilik lahan paprika di Cisarua ini, misalnya, adalah kepala paguyuban petani di daerah tersebut.

Baca Juga : SimpliDOTS, Startup Baru Ini Bantu Distributor Yang Kewalahan

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x