BIOPS Agrotekno kini juga telah memiliki beberapa model bisnis. Pada awal berdiri di tahun 2017, mereka hanya menjual putus solusi Encomotion dengan kisaran harga Rp.4,5-7,5 juta. Namun di perkebunan paprika ini, mereka menggunakan sistem bagi hasil. Dalam satu greenhouse, separuh area menggunakan sistem pengairan Encomotion, separuhnya lagi manual. Hasil panen dari dua area ini kemudian dibandingkan untuk menghitung kenaikan hasil panen berkat Encomotion.
Baca Juga : Tak Hanya GoJek, Ternyata 7 Startup Indonesia Ini Go 'Internesyenel'“Dari kenaikan hasil panen itu, hasilnya dibagi dua” cerita Fahri.
Precision Farming
Encomotion adalah salah satu contoh pendekatan precision farming alias sistem pertanian yang berbasis data.
Selain Encomotion, ada beberapa startup yang juga melakukan precision farming, seperti Neurafarm atau HARA.
Baca Juga : 5 Pekerjaan Ini yang Paling Dicari oleh 500 Perusahaan Startup IT
Namun harus diakui, para petani belum akrab dengan penggunaan teknologi untuk meningkatkan hasil panen.
Alhasil, tantangan terbesar BIOPS Agrotekno adalah memperkenalkan solusi mereka ke petani.
Untuk menjawab tantangan tersebut, BIOPS Agrotekno mencoba menyasar petani yang memiliki pengaruh di komunitas petani.
Pemilik lahan paprika di Cisarua ini, misalnya, adalah kepala paguyuban petani di daerah tersebut.
Baca Juga : SimpliDOTS, Startup Baru Ini Bantu Distributor Yang Kewalahan