Empat layananride-sharinglokal berkolaborasi untuk menumpas dominasi Uber. Mereka adalah Lyft di Amerika Serikat, Didi Kuaidi di China, Ola di India dan Grab Taxi di Asia Tenggara.
Dilansir Nextren Senin (7/12/2015) dariTechcrunch, kemitraan empat layanan itu akan dimulai pada kuartal pertama 2016. Dengan ini, pengguna bisa menjajal keempat aplikasi, tergantung domisilinya.
Misalnya seorang pengguna Grab Taxi di Indonesia bertandang ke China. Maka ia bisa memanfaatkan aplikasi Grab Taxi untuk memesan mobil di Didi Kuaidi.
Walau berkolaborasi, keempatstartupmengelak dikatakan bergabung jadi satu(merger). Masing-masing, kata mereka, akan tetap fokus sebagai layananride-sharinglokal.
"Kami tak berekspansi ke pasar yang lebih luas, tapi sebagaistartupkami harus terus tumbuh," kata juru bicara Didi Kuaidi. "Ini bukanmergeratau akuisisi, tapi kolaborasi," ia menambahkan.
Pernyataan itu diperkuat pihak Lyft. "Ketika kami melihat geografi lain, kami tak berpikir akan mendirikan sendiri layanan kami di Asia," kata pendiri Lyft John Zimmer.
Sementara itu, CEO Grab Taxi Anthonny Tan mengatakan, keterlibatan perusahaannya dalam kolaborasi tersebut merupakan bagian dari upaya memperkokoh silaturahmi antar layananride-sharing.
"Kami senang membantu Lyft, Didi Kuaidi dan Ola dalam menawarkan layanannya di Asia Tenggara. Di mana perbedaan bahasa, budaya, dan sosial tiap kawasan bisa menjadi tantangan bagi mereka," kata dia.
Tak beda jauh, Ola memanfaatkan kerja sama ini sebagai pembelajaran bagi layanannya. "Kami bisa saling belajar antar sesama layananride-sharinglokal untuk terus berinovasi," pendiri CEO Ola Bhavish Aggarwal mengimbuhkan.
Sebagai catatan, Softbank merupakan salah satu penyandang dana terbesar keempat layanan tersebut. Softbank kerap dikatakan sebagai "musuh" terbesar Uber karena banyak berinvestasi ke kompetitor-kompetitor Uber.
Jika digabung, Lyft, Ola, Didi Kuaidi, dan Grab Taxi memiliki pendanaan 7 miliar dollar AS atau setara Rp 96,8 triliun. Sementara, Uber sendiri memiliki pendanaan 8,21 miliar dollar AS atau setara Rp 113 triliun.
Belum lagi, Uber disinyalir tengah mengumpulkan pendanaan tambahan sebesar 2,1 miliar dollar AS atau setara Rp 29 triliun.