Nextren.com -Awal pekan ini, pangkalan udara Rusia di Krimea menjadi sasaran serangan kelompok partisan Ukraina.
Kyiv menyangkal tuduhan dari berbagai pihak yang mengatakan pasukan Ukraina berada di balik serangan pangkalan udara Rusia di Krimea.
Kendati demikian, pejabat senior Ukraina menyebutkan bahwa pihaknya masih berambisi untuk merebut kembali Krimea yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014 lalu.
Baca Juga: Serangan Ukraina Hantam Pangkalan Rusia, Hancurkan Peralatan Militer dan Tewaskan Pasukan
Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak mengatakan bahwa Ukraina tidak akan pernah menyerah untuk merebut kembali Krimea.
"Kami tidak akan pernah menyerah (merebut kembali Krimea)" ujar Mykhailo Podolyak sebagaimana dikuti dari Reuters.
Podolyak mengklaim bahwa kawasan Laut Hitam tak bisa aman ketika Krimea masih diduduki Rusia.
"Wilayah Laut Hitam tidak bisa aman sementara Kriea diduduki," ujar Podolyak.
Pernyataan Podolyak menunjukan niat Ukraina merebut kembali Krimea untuk mengamabkan wilayah Laut Hitam.
Baca Juga: Teror Nuklir Rusia di Ukraina Timur Makin Ngeri, Presiden Zelenskiy Peringatkan Dunia
Sejarah Aneksasi Krimea
Krisis Krimea bermula ketika Presiden Ukraina Viktor Yanukovich mengumumkan bahwa Ukraina mundur dari perjanjian Uni Eropa pada bulan November 2013.
Pada Februari 2014, parlemen Ukraina melengserkan Yanukovich dari jabatannya karena keputusan tersebut.
Pelengseran Yanukovich menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua golongan yaitu, pro-Uni Eropa dan pro-Rusia.
Pihak pro-Uni Eropa berasal dari masyarakat dan politisi Ukraina daratan, sedangkan pihak pro-Rusia berasal dari masyarakat dan politisi Krimea.
Baca Juga: Turki Mulai Merapat ke Rusia karena Inflasi, NATO Ancam Berikan Sanksi
Pada awal tahun 2014, perdana menteri Krimea meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan konflik dalam negeri Ukraina.
Pemerintah Rusia menerima permintaan dari Krimea dan mengirimkan pasukannya untuk menduduki Crimea.
Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi.
Letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.
Selain itu, Rusia memiliki jalur pipa gas di Ukraina yang menghubungkan sumber gas di Rusia menuju ke negara-negara Eropa.
Jika Rusia mampu menguasai pemerintahan Ukraina hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi bisnis energi gas Rusia.
Baca Juga: Roket dan Tank Rusia Hantam Donetsk, Presiden Ukraina Sebut Pertempuran Neraka
Intervensi Rusia atas konflik di Ukraina menimbulkan kecaman dari Uni Eropa.
Uni Eropa memberlakukan larangan ekspor komoditas perdaganngan Rusia ke negara-negara Uni Eropa.
Selain itu, Rusia juga dikeluarkan dari kelompok negara-negara industri Group of 8 (G8).
Krisis Crimea berakhir pada 16 Maret 2014 ketika parlemen Crimea mengadakan referendum. Hasil referendum memutuskan bahwa Crimea memilih untuk melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
(*)