Nextren.com -Penyebaran Covid-19 belum sepenuhnya berhenti di Indonesia dan beberapa negara lainnya.
Obat vaksin pun belum ditemui sehingga para petinggi dan pemerintah terus berusaha untuk memberikan solusi.
Termasuk di bidang teknologi yang sebelumnya membuat robot hingga kini dari teknologi AI.
Diketahui yang termasuk gejala virus Corona salah satunya adalah batuk.
- Baca Juga: Kominfo Kendalikan Informasi Untuk Hadapi Hoaks Covid-19, Cara Era Soeharto?
- Baca Juga: Cara Membuat Foto HItam Putih Yang Keren dan Dramatis di Oppo Reno4 F
Tetapi ini bukan hanya berguna bagi orang yang bergejala, mereka yang tidak menunjukkan gejala juga bisa terdeteksi.
Mengapa bisa?
Triknya adalah dengan mengembangkan banyak jaringan saraf yang dapat membedakan perubahan halus yang mengindikasikan efek virus corona baru.
Satu jaringan saraf mendeteksi suara yang terkait dengan kekuatan vokal.
Jaringan lainnya mendengarkan keadaan emosional yang mencerminkan penurunan neurologis, seperti meningkatnya frustrasi atau pengaruh datar.
Dan jaringan ketiga untuk mengukur perubahan kinerja pernapasan.
Melansir Engadget, peneliti menggunakan algoritma untuk memeriksa degradasi otot pada batuk yang lebih lemah.
- Baca Juga: Sedih! Ternyata Lebih dari 50 Persen Pekerja Indonesia Kehilangan Pekerjaan Saat Pandemi
- Baca Juga: Fitur Baru Gojek Ini Bisa Membuat Driver Terhindar Dari Order Fiktif Yang Merugikan
Kekuatan AI pada pengujian awal dikatakan sangat akurat.
Setelah tim melatih modelnya pada puluhan ribu sampel batuk dan dialog, teknologi tersebut mengenali 98,5 persen batuk dari orang yang memiliki kasus Covid-9 terkonfirmasi.
Teknologi AI juga mengidentifikasi 100 persen orang yang tampaknya asimtomatik juga.
Meskipun bisa mendeteksi, teknologi ini sebenarnya tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis orang yang bergejala.
Karena ada kemungkinan mereka yang terdeteksi memiliki kondisi lain, yang menghasilkan perilaku serupa.
Apalagi meskipun cukup mampu, beberapa orang ada yang tidak ingin menggunakan cara ini untuk mengambil keputusan pasti terinfeksi atau tidak.
Para ilmuwan juga dikatakan sedang mengembangkan aplikasi ramah pengguna yang dapat digunakan sebagai alat penyaringan virus.
Baca Juga: Good Doctor Ajak Anak Muda Kampanye Pencegahan Virus Lewat TikTok
Dengan alat tersebut pengguna smartphone hanya perlu batuk-batuk ke layar setiap hari, untuk menentukan apakah aman bagi pengguna untuk pergi keluar.
Para peneliti bahkan menyarankan dengan adanya alat ini dapat mengakhiri pandemi jika selalu mendengarkan di latar belakang.
Tetapi sekali lagi, ini hanya masih berupa perkiraan yang besar ketika hal itu mungkin akan menimbulkan masalah privasi.
(*)