Tren AI dan IoT Bakal Marak di Indonesia, Perusahaan Mau Tak Mau Harus Bertransformasi

Rabu, 11 Maret 2020 | 14:30
Electronics Weekly

Salah satu contoh produk Low Powered IoT dari Sigfox

Nextren.com — Selama ini masyarakat menilai jika AI dan IoT adalah satu hal yang berbeda.

Namun ternyata, AI dan IoT bisa padukan dan menjadi tren yang akan berkembang dengan pesat di masa depan.

Kasubdit Direktorat Standardisasi Teknologi Informasi, Andi Faisa Achmad mengatakan jika Indonesia merupakan negara yang potensial dengan ekosistem IoT.

Ekosistem tersebut diprediksi akan tumbuh cepat di Indonesia didukung oleh berbagai pilihan teknologi.

Baca Juga: Solusi Digital iOT Bertema Smart Home, Smart City dan Logistik ala XL Axiata

“Pada 2025, Internet of Things diprediksi akan memberikan dampak terhadap produktivitas sebesar USD121,4 miliar di dunia."

"Angka ini akan didominasi paling besar pada industrial seperti manufaktur, retail, transport yang ada di tiga besar dengan kontribusi terbesar,” ujar Andi Faisa, dalam workshop ‘Trend AI dan IoT di Indonesia’.

Workshop ini diinisiasi Forum Wartawan Teknologi Indonesia di Plaza Senayan XXI, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2020.

Oleh karena itu, pemerintah melalui kemenkominfo mencoba untuk memberikan dukungan dalam bentuk regulasi yang sifatnya mendorong pemanfaatkan teknologi tersebut.

Baca Juga: Rute Bis dan Sopir Ugal-ugalan Bisa Dipantau Pakai IoT “Fleetech” dari XL Axiata

Tujuannya agar bisa lebih cepat diimplementasi dan menjadi enabler bagi perkembangan IoT dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di setiap sektor.

Beberapa aturan yang pernah dikeluarkan seperti Peraturan Menteri No.1 yang berkaitan dengan Frekuensi Izin Kelas untuk Perangkat Low Power Wide Area.

Ada juga Peraturan Dirjen No.3 terkait Persyaratan Teknis LPWA Non-Seluler dan Selular.

Kemenkominfo pun sadar bahwa IoT akan menjadi revenue baru bagi operator di masa depan.

Baca Juga: Meteran Listrik PLN Makin Pintar Berkat IoT Hasil Kerja Bareng Telkomsel

Ini juga yang menjadi penyebab Telkomsel makin berminat untuk bertransformasi menjadi perusahaan digital, bukan lagi dikenal sebagai penyedia layanan seluler.

Menurut General Manager Fleet Management Telkomsel, Arief Teguh Hermawan, kondisi industri sudah berubah.

Jika dulu revenue Telkomsel berasal dari voice dan SMS paling banyak, kini tidak lagi.

Justru data yang kini banyak digunakan pengguna Telkomsel.

Baca Juga: AI Camera Pengukur Kualitas Air, Kandang Digital Hingga Monitoring Tambak Menangkan Lomba IOT 2018

“Di sini ada aplikasi digital yang menggantikan. Itu buat kami mau tidak mau harus diversifikasi usaha, bertransformasi ke arah yang sedang tren, salah satunya IoT,” katanya.

Dia juga mengatakan jika potensi bisnis IoT sangat besar.

Saat ini saja revenuenya sudah mencapai US$30 juta. Memang masih kecil dibanding revenue dari legacy business, namun potensinya luas.

“Saat ini saja sudah ada satu juta perangkat berbasis IoT Telkomsel. Tahun 2020 akan ada puluhan juta perangkat, dan pada 2025 akan ada ratusan juta perangkat."

Baca Juga: Perum Peruri Terapkan Solusi IoT Bersama Telkomsel Untuk Dukung Bisnis Digital Security

"Makanya dibutuhkan dorongan dari pemerintah untuk mewajibkan penggunaan IoT, misalnya smart meter (meteran listrik PLN).

"Jika itu terjadi, mungkin dalam waktu satu atau dua tahun sudah ada puluhan juta perangkat IoT Telkomsel,” ujar Arief.

Transformasi bisnis ini juga yang telah menjadi concern Tokopedia.

Perusahaan itu kini tak mau lagi dikenal sebagai platform e-commerce namun sebagai perusahaan teknologi.

Baca Juga: Sistem Pencahayaan Pintar Berbasis IoT untuk Gedung, Jembatan dan Sungai di Shanghai

Mereka merupakan e-commerce pertama yang mengimplementasikan costumer service digital berbasis asisten virtual.

“Kami sudah bertransformasi jadi perusahaan teknologi dan super ecosystem. Ada 4 business pilar ke fintech sampai logistik."

"Filosofi kami adalah ‘building bridges, not wall’. Benang merahnya ada di visi misi kami di satu perusahaan, mendorong pemerataan ekonomi di digital. Memanfaatkan teknologi untuk menutup kesenjangan ini,” ujar External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya.

Baca Juga: Kenyang Kerja di 16 negara, Yudhi Rahadian Bikin Perusahaan Konsultan IoT dan 5G di Jerman

Selain Marketplace sebagai bisnis terbesar, Tokopedia juga punya fintech dan payment, logistik dan fullfilment.

Tokopedia ingin menjadi AI first company karena di Tokopedia ada 3 DNA, salah satunya focus on consumer dan inilah dasar perusahaan untuk menjadi AI First company.

“Tokped sudah bisa menganalisa kebiasaan konsumen sehingga bisa memberikan saran/rekomendasi barang."

"Ada juga Smart Warehouse atau toko cabang pertama menerapkan digital base costumer service. Awalnya kami menggunakan chatbot, sekarang AI dan kamu juga punya media intelligence untuk monitoring media,” kata Ekhel.

Baca Juga: Intelligent Tank Monitoring System, Solusi IoT Telkomsel Pantau Bahan Bakar Real-Time

Oppo pun tak mau kalah. Produsen smartphone itu merasa sudah saatnya bertransformasi menjadi perusahaan teknologi.

AI dan IoT membutukan low latency, banyak negara yang memberlakukan standardisasi.

Selain itu, pasar AI juga besar. Buktinya, perangkat kamera AI dengan kisaran harga Rp3 juta atau Rp5 jutaan berkontribusi 20 persen dari penjualan semua perangkat.

“Fokus teknologi kami ada 3, yakni AI, IoT dan 5G."

Baca Juga: IoT AI, Teknologi Baru yang Akan Jadi Fokus realme di 2020'

"Untuk itu kami telah mempersiapkan invetasi sampai USD1,43 miliar yang sudah dimulai sejak 2018."

"Kalau urusan AI, Oppo sudah memiliki nama karena sejak 2017 kami selalu mengeluarkan smartphone dengan kamera berbasis AI. Mulai dari Oppo F5,” ujar PR Manager Oppo Indonesia, Aryo Meidianto.

Sedangkan untuk urusan AI dan IoT, Oppo sudah meluncurkan Breeno, walaupun baru untuk pasar China pada 2018 lalu.

Breeno merupakan AI Virtual Assistant besutan Oppo.

Baca Juga: realme Buds Air, Produk AIoT Pertama Realme yang Ringan dan Dibekali Wireless Charging

Selain itu, Oppo juga punya Connection Center Oppo 5G CPE Omni.

Ekosistem IoT Oppo yang mulai dipublikasikan pada 2019 lalu telah meliputi beberapa perangkat seperti AR Glass, Oppo Watch, Router 5G dan True Wireless Stereo (TWS).

Perangkat berbasis AI dan Iot ini bisa menimbulkan efisiensi di segala bidang, tentunya dengan kerja sama penyedia jaringan, perusahaan teknologi dan penyedia perangkat.

Terakhir, yang tidak kalah penting adalah peran pemerintah sebagai penyedia regulasi.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya