Laporan Wartawan NexTren, David Novan Buana
NexTren.com – Ancaman malaria merupakan hal yang serius untuk diperhatikan, terutama untuk daerah yang masih belum memiliki layanan kesehatan seperti di kota besar.
Penyebab utama dari malaria adalah nyamuk (Anopheles Gambiae) yang membawa mikroorganisme parasit sel tunggal, dan menularkannya melalui gigitan kepada manusia.
Sebagai salah satu langkah untuk menghentikan penyebarannya, peneliti dari Imperial College London berhasil memodifikasi genetika nyamuk pembawa penyakit tersebut untuk membuat spesiesnya mandul.
Penelitian yang dikepalai oleh Andrea Crisanti, profesor molecular parasitology di Imperial College London tersebut, mengedit gen nyamuk supaya keturunannya tidak bisa bertelur.
Melalui alat bernama CRISPR, peneliti mengubah gen nyamuk jantan supaya menularkan mutasi kemandulan dengan proses bernama Gene Drives.
Gene drives sendiri sebenarnya sudah cukup lama diketahui,.
Melalui proses tersebut, makhluk hidup yang diubah DNA-nya menjadi lebih mudah menurunkan gennya ke keturunan berikutnya.
Baca Juga : Facebook Dianggap Media Sosial Paling Berbahaya Bagi Kesehatan Mental
Dengan demikian, mutasi gen tersebut akan menjadi efek berantai yang menyerang ekosistem nyamuk di suatu lokasi.
Langkah tersebut ternyata mendapatkan dukungan dari peneliti lain yang juga meneliti bidang genetika dan biologi.
Bahkan organisasi yang mendukung penelitian ini, Target Malaria, sampai sudah mulai membicarakan serius dengan negara di Afrika.
Afrika merupakan daerah paling parah terkena penyakit ini di dunia, yaitu lokasi mana yang akan digunakan untuk melepas nyamuk tersebut ke alam liar.
Namun tentu saja nyamuk modifikasi genetika tersebut tidak bisa digunakan saat ini.
Soalnya menurut peneliti, masih butuh beberapa tahun untuk mengamati apakah ada bibit masalah dari nyamuk tersebut.
Walaupun penelitian tersebut bertujuan untuk memusnahkan sumber penyakit yang paling sulit diberantas di dunia, tetapi tidak semua suara mendukungnya.
Ada beberapa pihak yang menentang digunakannya teknologi yang dianggap berbahaya tersebut, dan merasa belum ada jaminan pasti tentang keamanannya.
Kekhawatiran lain berasal dari penekanan pertumbuhan atau pemusnahan spesies bisa berdampak buruk bagi ekosistem.
Baca Juga : Alat Canggih Pengontrol Kesehatan, Tak Perlu Menempelkannya ke Tubuh!
Tidak tertutup kemungkinan ekosistem yang terjaga karena adanya spesies nyamuk tersebut akan runtuh.
Lalu bisa menjadi lubang untuk masuknya spesies lain yang bisa jadi lebih berbahaya.
Selain itu, ada pula yang menyuarakan kekhawatirannya akan peluang teknologi ini dijadikan senjata biologi baru.
Misalnya dengan menggunakan gigitan serangga untuk memasukkan racun atau gene drives ke dalam tubuh manusia.
Efek dari gene drives yang dibawa oleh nyamuk jantan hasil percobaan tersebut akan membuat nyamuk betina tidak bisa menggigit dan juga tidak bisa bertelur.(*)