Salah satu tim peserta kompetisi Indonesia ICT Award (INAICTA) 2015 sempat kekurangan dana untuk mengikuti penjurian yang akan diadakan pada Selasa (8/9/2015) di Jakarta. Padahal, tim tersebut pernah berprestasi di ajang INAICTA sebelumnya.Kendati masuk ke putaran 8 besar nasional nominator INAICTA 2015 kategori SD-SMP, namun nasib Fazil, Raka, dan Rafli yang masing-masing berasal dari Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah, SMP N 1 Leuwigoong, dan SMPN 2 Garut sempat terkatung-katung.Ketiganya terancam tidak bisa berangkat ke Jakarta untuk mengikuti rangkaian kegiatan INAICTA yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, akibat kekurangan dana.Lewat website STEAM Club Indonesia, ketiganya pun mencoba menggalang dana untuk keperluan transportasi, akomodasi dan konsumsi selama mengikuti rangkaian kegiatan INAICTA di Jakarta."Kembali seperti tahun lalu, karena rangkaian kegiatan INAICTA yang mengharuskan tim untuk menginap, dana yang kami kumpulkan belum dapat mencukupi kebutuhan akomodasi yang memadai untuk tim siswa SMP dan tim pembimbing/pendamping," demikian isi posting yang tertulis di web Steam Club Indonesia pada Jumat (4/9/2015) lalu.Setelah kabar tersebut beredar di dunia maya, tak butuh waktu lama bantuan dana pun berdatangan. Pada Sabtu (6/9/2015) pagi, admin Steam Club Indonesiamemperbarui posting tersebut dan memberitahukan bahwa kebutuhan mereka telah terpenuhi."Alhamdulillah, atas perhatian dan bantuan rekan-rekan semua, kebutuhan akomodasi telah terpenuhi, bahkan melebihi," tulis admin di postingan blog Steam Club Indonesia.Secara total, tim membutuhkan dana Rp 6,6 juta untuk biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi selama di Jakarta. Pada Jumat lalu mereka masih defisit Rp 4,4 juta. Namun pantauan Nextren, pada Minggu (6/9/2015) pagi kemarin jumlah sumbangan melebihi target, mencapai Rp 8,6 juta.Fazil, Raka, dan Rafli bukan kali ini saja berlaga di ajang INAICTA. Tahun lalu, ketiganya bahkan berhasil menjadi pemenang di kategori SD-SMP dengan karyanya, Saron Simulator. Tahun ini, ketiga programmer cilik itu membuat karya Buku Tamu Android.Ajang INAICTA Award 2015 sendiri akan memasuki penjurian tahap II pada Selasa (8/9/2015) mendatang. Sementara malam penganugerahan akan diadakan sehari setelahnya, atau Rabu (9/9/2015) di Gedung Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan.
DibantahSalah satu pendamping tim peserta kompetisi Indonesia ICT Award (Inaicta) asal Garut, Dewis Akbar menampik tuduhan minimnya dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) Garut dalam ajang kompetisi aplikasi tingkat nasional itu.Setelah berita mengenai timInaicta asal Garut kekurangan biaya beredar di jejaring sosial, banyak komentar yang menyudutkan Pemda Garut."Aduuhh ni bupati nya gmn ini?.? ga da dukungannya bnget.... gmn daerahnya mau maju dan berkembang kalo masyarakat yg berprestasi gini ga dapet dukungan dari pemerintah stempat...." demikian salah satu komentar di jejaring sosial.Namun, Akbar menjelaskan bahwa sebenarnya Pemda Garut selama ini selalu mendukung kegiatan siswa berprestasi."Sebaliknya, Pemda selama ini selalu mendukung, guru dan anak-anak sekolah berprestasi kemarin bahkan diberangkatkan ke Singapura sebagai program apresiasi," ujar Akbar saat dihubungi Nextren, Minggu (6/9/2015).Akbar menjelaskan, sebelum membuat kampanye crowdfunding lewat blog Steam Club, pihaknya telah mengunjungi Dinas Kominfo dan Bupati Garut untuk meminta bantuan biaya."Sebenarnya salah kami juga, waktunya sudah mepet, hari Rabu (2/9/2015) baru ke Pemda," cerita Akbar."Kenapa baru Rabu, karena kami juga masih menunggu kesediaan anak-anak mau berangkat apa tidak, kan perlu izin orang tua juga," imbuhnya.Namun karena hingga Jumat belum ada kepastian, Akbar bersama rekannya, Budi Arifin yang juga menjadi pendamping timInaicta dari Garut itu melakukan kampanye urun dana lewat blog mereka."Kenapa bentuk kampanyenya seperti itu (lewat blog), karena tahun lalu pun kami juga melakukan hal yang sama, dan ternyata berhasil," terang Akbar.Disinggung mengenai lambatnya respon Pemda Garut, Akbar pun memaklumi. "Kalau dua hari (Rabu hingga Jumat), kami masih maklum-lah, makanya wajar kalau Jumat masih dikaji, bukan Pemdanya yang lambat," jelasnya.Seperti tersebut di atas, salah satu tim pesertaInaicta putaran 8 besar nasional kategori SD-SMP sempat kekurangan biaya untuk mengikuti gelaran ajang tersebut di Jakarta.Fazil, Raka, dan Rafli yang masing-masing berasal dari SMP yang berbeda-beda itu sempat terkatung-katung nasibnya, terancam tidak bisa berangkat ke Jakarta untuk mengikuti rangkaian kegiatan Inaicta.Namun berkat upaya kampanye pengalangan dana lewat blog, pada Minggu (6/9/2015) pagi, biaya yang dibutuhkan telah terpenuhi, bahkan lebih dari yang diharapkan."Alhamdulillah sekarang sudah cukup, bahkan lebih, tinggal packing tas terus berangkat," kata Akbar.