Di Asia Pasifik, jumlah total serangan ransomware meningkat sebesar 35.4% menjadi 302 serangan.
Secara global, permintaan tebusan ransomware terus menjadi masalah bagi banyak organisasi dan perusahaan.
Jumlah permintaan pembayaran tebusan bahwan mencapai USD 7 juta atau sekitar Rp 107 miliar.
Baca Juga: Serangan Ransomware terhadap Perusahaan Meningkat, Ini Cara Antisipasinya
1. Penyerang Menambah Tekanan dengan Pemerasan Ganda
Berdasarkan pengamatan Palo Alto, kelompok ransomware telah menggunakan teknik-teknik pemerasan untuk dampak yang lebih besar, dengan tujuan untuk semakin menekan organisasi agar membayar uang tebusan.
Beberapa taktik ini termasuk enkripsi, pencurian data, Distributed Denial of Service(DDoS), dan gangguan pada korban.
Pencurian data yang sering dikaitkan dengan situs-situs kebocoran dark web adalah taktik pemerasan yang paling umum.
Sebesar 70% dari kelompok ransomware menggunakannya pada akhir tahun 2022 dan tercatat meningkat 30 poin dari persentase tahun sebelumnya.
Baca Juga: Server Bank Indonesia Diduga Dibobol Hacker, Jadi Tren di Twitter!
2. Data Berlimpah di Forum Hacker
Peneliti Palo Alto rata-rata melihat tujuh korban ransomware baru yang di-posting di forum-forum hacker dalam satu hari.Hal ini berarti setara dengan satu korban baru setiap empat jam.