Gempa tersebut diukur pada skala yang disebut Skala Magnitudo Momen (Mw). Skala ini telah menggantikan skala Richter yang lebih dikenal, yang sekarang dianggap usang dan kurang akurat.
Angka yang dikaitkan dengan gempa mewakili kombinasi jarak garis patahan yang telah berpindah dan gaya yang memindahkannya.
Getaran sebesar 2,5 atau kurang, biasanya tidak dapat dirasakan, tetapi dapat dideteksi dengan instrumen.
Gempa hingga skala 5, dirasakan dan menyebabkan kerusakan ringan. Gempa Turki pada 7,8 diklasifikasikan sebagai gempa besar dan biasanya menyebabkan kerusakan serius, seperti yang terjadi dalam kasus ini.
Apa pun itu, maka skala gempa di atas 8 bisa menyebabkan kerusakan besar dan benar-benar dapat menghancurkan komunitas di pusatnya.
Bagaimana ini dibandingkan dengan gempa bumi besar lainnya?
Pada tanggal 26 Desember 2004, salah satu gempa bumi terbesar yang tercatat terjadi di lepas pantai Indonesia, memicu tsunami yang menghanyutkan seluruh masyarakat di sekitar Samudera Hindia.
Gempa berkekuatan 9,1 itu menewaskan sekitar 228.000 orang.
Gempa bumi lainnya - di lepas pantai Jepang pada tahun 2011 - tercatat berkekuatan 9 dan menyebabkan kerusakan luas di daratan, dan menyebabkan tsunami. Ini menyebabkan kecelakaan besar di pembangkit nuklir Fukushima di sepanjang pantai.
Gempa terbesar yang pernah tercatat 9,5, dan tercatat di Chile pada tahun 1960.