"Saat itu gelap dan sudah larut dan saya tidak tahu apakah saya melihat sesuatu, apakah dia benar-benar biru," ceritanya.
Marcella kemudian teringat fitur pengukur saturasi oksigen di Apple Watch miliknya dan memiliki ide untuk memasangkan jam tangannya pada putranya.
Ketakutan terburuknya kemudian terkonfirmasi ketika arloji menunjukkan saturasi oksigen 66%.
Angka yang kemudian dipastikan turun hanya satu persen ketika putranya kemudian dibawa ke ruang gawat darurat.
Tes di rumah sakit juga memastikan bahwa cairan menumpuk di paru-paru putranya dan dia segera didiagnosis dengan HAPE (Edema Paru Ketinggian Tinggi) yang dapat mengancam jiwa.
Baca Juga: 5 HP Kamera Terbaik di 2022 Versi DxOMark, Huawei dan Apple Mendominasi
Faktanya, staf medis memperingatkan Marcella bahwa jika dia menunggu dan membiarkan dia tidur, putranya akhirnya bisa mengalami koma.
Dari cerita tersebut tentunya membuat orang-orang berpikir teknologi sangat membantu pengguna saat keadaan darurat.
Namun belum lama ini, Apple Watch dituntut oleh sekelompok pengguna Apple di New York.
Tuntutan tersebut dikarenakan hasil blood oxygen mereka dikatakan tidak akurat karena rasis.
Baca Juga: Samsung Hadirkan ViewFinity S9, Monitor 5K Cakep Untuk Profesional!
Belum diketahui hasil lanjutan dari proses hukum tersebut. (*)