Follow Us

Putin Akan Terus Serang Ukraina Meski Tak Jadi Gabung NATO, Perang Bakal Lama Nih!

Wahyu Subyanto - Minggu, 28 Agustus 2022 | 21:04
Ilustrasi tentara Ukraina menerapkan Strategi Perang Ukraina untuk memborbardir pasukan Rusia di Kherson
Reuters/Vyaceslav Madiyeskyy

Ilustrasi tentara Ukraina menerapkan Strategi Perang Ukraina untuk memborbardir pasukan Rusia di Kherson

Nextren.com - Tampaknya dunia masih harus menghadapi ketidakstabilan dalam banyak hal, yang dipicu oleh pandemi Covid-19 dan perang Rusia Ukraina.Dulu, alasan awal Putin saat menyerang Ukraina adalah karena Ukraina ingin bergabung dengan NATO bersama negara Eropa lainnya.Sebelum invasi Februari lalu, Rusia menegaskan, keanggotaan Ukraina di NATO tidak bisa diterima. Namun, kini Rusia tak akan berhenti menyerang Ukraina jika batal bergabung ke NATO.Hal itu diungkapkan pada Jumat (26/8) oleh sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, kini Wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.

Baca Juga: Sekjen NATO Peringatkan Kanada: Rusia Bangun Ratusan Pangkalan Militer di Kutub UtaraMenurut Medvedev, Moskow tidak akan menghentikan serangan militernya di Ukraina, bahkan jika Kyiv secara resmi melepas keinginannya untuk bergabung dengan NATO. Dalam sebuah wawancara Medvedev dengan televisi Prancis, Rusia siap mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan syarat-syarat tertentu. "Meninggalkan partisipasi Ukraina dalam aliansi Atlantik Utara (NATO) sekarang penting. Tetapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," kata Medvedev kepada stasiun televisi LCI, seperti dikutip kantor berita Rusia dan dilansir Reuters. Menurut Medvedev, Rusia akan melanjutkan serangan di Ukraina sampai tujuannya tercapai. Apa tujuan utama Putin dalam serangan ke Ukraina? Menurut Medvedev, Putin ingin "mendenazifikasi" Ukraina.Alasan itu dianggap Ukraina dan Barat sebagai dalih tak berdasar untuk melakukan perang penaklukan. Sebelumnya Rusia dan Ukraina sempat mengadakan beberapa putaran pembicaraan setelah invasi. Namun mereka tidak membuat kemajuan dan hanya ada sedikit harapan untuk perundingan dilakukan kembali. "(Pembicaraan) ini akan tergantung pada bagaimana peristiwa itu terjadi. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelenskyy)," ungkap Medvedev. Medvedev juga mengatakan, senjata AS yang sudah dipasok ke Ukraina, seperti peluncur roket ganda HIMARS, belum menimbulkan ancaman substansial bagi Rusia, karena jangkauannya tidak terlalu jauh.

Baca Juga: Duh! Sekjen NATO Sebut Perang Rusia dan Ukraina Akan Berlangsung Bertahun-tahunTapi kondisi itu bisa berubah, jika senjata yang dikirim AS bisa mengenai target pada jarak yang lebih jauh. "Ketika rudal semacam ini terbang sejauh 70 km, itu satu hal," ujar Medvedev. "Tapi, ketika itu terbang 300 km hingga 400 km, itu lain hal, dan hal itu akan menjadi ancaman langsung ke wilayah Federasi Rusia".

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest