"Kita meminta bantuan kepada ahli kebakaran IPB untuk menggunakan satelit yang bisa mengetahui titik api awal," ujar Ferdy Sambo dalam konferensi pers bulan September 2020 lalu.
Ferdy Sambo mengklaim bahwa satelit tersebut dapat menembus dan mengetahui dari mana titik api berasal.
Namun, bagaimana sebuah satelit bisa mendeteksi titik awal api?
Baca Juga: Polisi Gerebek Judi Online di Komplek Rumah Elit Medan, Ratusan Laptop Disita
Ahli kebakaran IPB Bambang Hero mengungkapkan bahwa satelit yang digunakan mampu mendeteksi titik api yang munculdi Kejagung terpantau di satu titik api terbuka.
Namun, Ferdy Sambo dan pihak Kepolisian lah yang menyimpulkan bahwa titik api awal berasal dari puntung rokok kuli yang sedang bekerja di aula lantai 6 gedung Kejagung.
Kejanggalan masalah satelit ini pernah diungkap oleh Narasi TV di mana citra satelit pendeteksi api hanya bisa mendeteksi tiitk api dalam thermal yang tinggi.
Data citra satelit NASA mengungkapkan bahwa api berkobar di gedung Kejagung pada pukul 02.02 WIB, padahal Menkumham Yasonna Laoly mengungkap kebakaran sudah terjadi pada 01.45 WIB.
Baca Juga: Apes! Dana Korban Robot Trading Ilegal Sulit Dikembalikan, Malah Masuk Kas Negara
Investigasi Aqwam Fiazmi Hanifan mengungkapkan bahwa skala pendeteksian titik panas kebakaran biasanya mencakup area yang luas dan tidak bisa 100 persen presisi.
Dalam konteks kebakaran gedung Kejagung yang luasnya 30x120 meter, penggunaan satelit tidak akan efektif.
Kejangggalan berikutnya menurut Aqwam, pernyataan Ferdy Sambo kepada publik juga menyesatkan karena satelit hotspot tak bisa mendeteksi titik api dari lantai tertentu.