Rusia juga menolak penggunaan isu hak asasi manusia sebagai senjata untuk mencampuri urusan domestik negara lain.
“Tentu hak asasi manusia penting, tapi negara lain memiliki kultur dan tradisinya sendiri yang harus dipertimbangkan. Tidak ada satu standar unggul/utama dari demokrasi di dunia.”
Akan sangat berbahaya menurutnya jika satu pihak menyatakan ”standar utama/unggul dari demokrasi”.
Hal itu dinilai akan membuat negara/pihak lain mau tak mau bisa didorong untuk mengikutinya, bahkan jika perlu dengan pengerahan kekerasaan senjata.
Vorobiev mencontohkan kasus Yugoslavia, Libya, hingga Irak, dan mempertanyakan mengapa kemana reaksi keras dari negara-negara lain saat itu.
“Saya tidak mengatakan aksi militer adalah yang terbaik. Tapi kami tidak memiliki opsi lain karena keamanan negara kami terancam, sementara orang-orang di Luhansk dan Donetsk mati tiap hari padahal kami sudah mencoba mencari penyelesaian selama 8 tahun.(*)
Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul MANTAP, Hanya Indonesia yang Mampu, Datangkan Vladimir Putin dan Mengajak Bicara