Mengapa bisa demikian?
Perbedaan metode
Guru Besar Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta Syamsul Bakri mengatakan, seluruh umat Islam sepakat bahwa puasa dimulai pada 1 Ramadhan.
Namun, yang menjadi perbedaan adalah bagaimana menentukan awal Ramadhan tersebut.
“Semua sepakat bahwa munculnya hilal adalah 1 Ramadhan, tetapi berbeda pendapat tentang apakah malam itu sudah muncul atau belum,” kata Syamsul saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/4/2022) malam.
Baca Juga: Daftar 11 Hape Infinix Pilihan Untuk Lebaran, Murah Meriah Mulai Rp 1 Jutaan
Adapun metode yang digunakan untuk menentukan kemunculan hilal, yakni rukyat dan hisab.
Rukyat adalah melihat hilal atau Bulan dengan mata atau teropong. Sementara hisab, yakni menggunakan ilmu astronomi atau ilmu falak.
Syamsul melanjutkan, dengan menggunakan ilmu hisab, awal bulan sudah dapat diketahui tanpa harus mengamati hilal secara langsung.
Jumlah hari di bulan kalender Hijriah pasti 29 atau 30
“Di hadis dikatakan jika melihat Bulan, berpuasa. Tetapi jika belum, digenapkan Syakban-nya jadi 30 hari."
"Bagi Muhammadiyah (hilal 1 Ramadhan) itu sudah muncul ketika NU belum melihat (hilal). Muhammadiyah sudah melihat dengan hisab,” terang Syamsul.