Karena kerjasama tersebut menjadi hal utama yang paling penting demi menangkal dan membasmi serangan hacker. Informasi dari berbagai pihak akan membuat tembok pertahanan yang semakin kokoh.
Kerjasama inilah yang dinamakan Hybrid. Dalam arti ada yang bekerja di dalam negeri, tapi juga dibantu oleh analis dari luar negeri.
Analoginya seperti ini: Pihak luar negeri itu adalah BMKG yang memberitahu prakiraan cuaca, sedangkan pihak dalam negeri itu seperti orang rumah yang bertugas untuk menutup jendela dan pintu saat badai datang.
Sehingga kerjasama hybrid ini menjadi demikian penting demi menghadapi serangan cyber ini. Terlebih lagi karena para oknum ini juga menggunakan kerjasama hybrid juga dalam menyerang.
(BACA:MWC 2018 Usai, Inilah Deretan Hape Terbaru yang Siap Dilirik)
Masih terus berkembang
Sama dengan teknologi itu sendiri, pengembangan dari cyber security juga tidak pernah berhenti.
Cyber security harus selalu selangkah di depan dari oknum yang akan menyerang. Oleh karena itu sebanyak apapun hacker yang ditangkap, sebanyak apapun malware yang dibasmi, namun teknologi akan terus dapat digunakan oleh kedua pihak.
Untungnya, perkembangan ini masih di dalam batasan yang masih dalam kendali. Hendra mengatakan bahwa selama kerjasama hybrid tadi tetap dilakukan maka selalu ada solusi yang bisa diberikan.
Tapi lagi-lagi Hendra mengingatkan bahwa pertahanan yang terbaik memang kembali ke diri kita sendiri. Seberapa siap kita dalam menghadapi serangan? Seberapa waspada kita dalam menyimpan data pribadi kita?
Jadi, kita pun juga harus selalu update dan belajar akan semakin majunya teknologi. (*)